Sayang sekali, si bodoh
bukan Sano Kotoko yang menyukai Irie Naoki di doramaItazura na Kiss, atau Yuan
Xiang Qin yang menyukai Jiang Zhi Shu di drama seri Taiwan berjudul It Strated
with A Kiss, atau bahkan seorang Oh Ha Ni yang mennyukai Baek Seung Jo di drama
Korea yang sepertinya kamu juga suka, judulnya Mischiveous Kiss. Sono Kotoko,
Yuan Xiang Qin, dan Oh Ha Ni, mereka menjaga rasa suka itu selama 3 tahun. Uhm,
apa kamu ingat? Ah, tidak. Kamu pasti tak akan ingat, kamu selalu tak mengingat
apapun. Di salah satu pesan singkat mu, kamu pernah memanggil si bodoh dengan
nama Oh Ha Ni si bodoh.
Lalu, apa kamu berpikir
bahwa kamu adalah pengeran berkuda putihnya Oh Ha Ni? Apa kamu berpikir kamu
adalah Baek Seung Jo? Ah, jangan kegeeran seperti itu. Kamu-dan-Baek Seung Jo,
bagai langit-dan-bumi. Apa kamu memiliki IQ 200 seperti Baek Seung Jo? Tinggi
180 cm? Begitu cool? Latar belakang keluarga kaya raya? Ah, si bodoh tak tahu.
Mungkin, hanya ada satu persaman, yang baiklah, sedikit bisa disama-samakan.
Kalian,kamu dan Baek Seung Jo, sama-sama menyebalkan, karena teganya membuat
seorang gadisdengan perasaan alamaih bernama suka, perasaan pertamanya menjadi
super duper galau! Hanya itu, persamaan diantara kalian, tak lebih, cukup.
Si bodoh juga bukan Gu
Mi Ho si siluman rubah cantik jelita yang mengejar Cha Dae Woong dengan gigih
dan terlalu polos mungkin, dalam drama Korea favorit kamu juga sepertinya, yang
si bodoh sarankan menonton waktu itu, berjudul My Girlfriend is Gumiho / My
Girlfriend is A Nine-tailed Fox. Satu yang kamutak boleh lupa, dia siluman
rubah, dan si bodoh, sekalipun si bodoh adalah seeokor(?) atau seorang(?)
siluman, si bodoh memilih menjadi siluman belut. Mengapa? Ah, si bodoh juga tak
tahu.
Baiklah, kadang, si
bodoh pun ingin sekali seperti Mi Ho yang begitu gigih menggedor pintu hati
seorang Cha Dae Woong yang kasar tapi juga tak tegaan, hingga Dae Woong
memadamkan rasa suka nya pada Ha In yang sejak dulu disukainya, dan justru
beralih pada Mi Ho. Apa ini memiliki sebuah kemungkinan juga berlaku pada si
bodoh-kamu-dia ? Setiap si bodoh berpikir seperti itu, rasanya kamu akan
semakin jauh berdiri disana. Ah! Nyaris terlupa. Apa sekarang kamu sedang
berpikir, bahwa kamu adalah Cha Dae Woong nya si bodoh? Oh, tidak bisaa. Si
bodoh peringatkan sekali lagi, jangan kegeeran. Cha Dae Woong, cucu pengusaha
kaya raya. Apa kamu setidaknya memliki sepertiga dari kekayaan itu? Tentu saja,
tidak kan.
Uhm si bodoh pernah
sedikit menabung asa, kamu datang pada nya suatu saat kelak, menyanyikan lagu Lee
Seung Gi – Losing My Mind, dengan gitarmu. Wah, kamu pasti keren sekali! Si
bodoh mungkin butuh alat bantu bernapas kala itu. Tapi, itu jelaslah hanya
sekedar asa, tak nyata. Lalu mengapa si bodoh bisa suka padamu? Ah, pertanyaan
ini sungguh menyebalkan. Sudah si bodoh katakan, dia tak tahu.
Aha! Bagaimana dengan
drama Korea fenomenal berjudul Boys Before Flowers. Uhm, jadi apa kamu mulai
berpikir bahwa kamu adalah seorang Goo Jun Pyo yang super duper kaya? Ah,
jangan besar kepala. Lihat isi dompetmu. Ckck. Uhm, lalu apa si bodoh adalah
Geum Jan Di nya? Oh, tidak. Si bodoh tak semalang Jan Di, beruntunglah, ayahnya
tak sampai di kejar para lintah darat berjas itu, si bodoh bukan orang miskin,
dia berasal dari keluarga intelek yang berada, dengan prestise baik di
lingkungannya. Status sosialnya jauh di atas seorang Geum Jan Di, dia tak
semalang itu walau memang ia sangat bodoh. Bodoh sekali.
Bahkan kamu pun tak
sekeren Lee Yoon Seung di drama Korea yang baru-baru ini ditonton si bodoh
dengan amat sangat antusias, berjudul City Hunter, yang hendak kamu mintai
kopian nya dari si bodoh dahulu, dulu. Tapi, tak jadi, kamu bilang hari Senin,
lalu tak jadi. Hari berikutnya, juga tak jadi. Selalu tak jadi, si bodoh selalu
batal bertemu kamu, dan aneh nya lagi, mengapa selalu turun hujan saat itu. Tak
ada kesempatan bertemu, apakah itu sebuah takdir? Itu takdir kan? Ah, jangan
tanyakan ini pada si bodoh. Dia tak mau memikirkannya, tak mau. Dia mungkin
terlalu takut untuk menerima fakta, bahwa, ini memang lah sebuah takdir, kamu
dan si bodoh tak jua bertemu, tak bertemu, itu takdir, takdir.
Ah, mari kembali ke
City Hunter. Lee Yoon Seung yang disukai dan juga beruntungnya menyukai Kim Na
Na. Si bodoh bertanya dengan ekspresi bodohnya, apa kamu setinggi Lee Yoon Seung?
Tidak. Apa kau setampan Lee Yoon Seung? Tidak. Apa kamu mengenakan pakaian
semahal Lee Yoon Seung? Tidak. Apa kau menembakkan senjata segagah Lee Yoon
Seung? Tidak. Apa kamu sekuat Lee Yoon Seung? Tidak. Apa kamu memliki dan
menggunakan berbagai gadget canggih dan mahal seperti Lee Yoon Seung? Tidak.
Apa kamu tinggal di rumah semewah Lee Yoon Seung? Tidak. Atau, perbandingan
yang paling sederhana, apa hidung kamu semancung Lee Yoon Seung? Ini juga
tidak. Lalu apa yang membuat si bodoh sampai ke level sebodoh ini? Ah, si bodoh
kembali menggeleng, ia tak tahu.
Ia membayangkan Kim Na
Na yang teguh pada satu cintanya, yaitu Lee Yoon Seung. Kim Na Na yang tulus
menanti Lee Yoon Seung di situasi yang mungkin jika bukan dia yang dibunuh Lee
Yoon Seung, maka dia lah yang akan melepas timah panas pada seseorang yang
dengan tega mencuri hatinya, Lee Yoon Seung. Atau mungkin mereka akan sama-sama
saling memetik pelatuk dan menembak tepat di jantung, mati. Menjaga perasaan
itu hingga ajal yang berperan sebagai pemisahhati mereka.
Katakan, apa si bodoh
dan kamu harus seperti itu juga? Ah, ini terlalu tak masuk akal, bukan? Latar
belakang keluarga intelek, keluarga baik-baik, berstrata sosial menengah
ke atas. Kamu pun mungkin tak jauh beda. Intinya, kamu dan si bodoh bukan
keturunan mafia bukan? Kamu dan si bodoh tak harus saling adu senjata untuk
membuktikan seberapa kuat rasa itu mengakar di hati nya, bukan? Apa perlu
semiris itu? Tidak, bukan? Baiklah, akan si bodoh jawab sepihak. Bukan, tidak.
Si bodoh menonton MV
Lee Seung Gi yang berjudul We’re Friend. Apa benar, si bodoh memang harus
seperti itu? Apa si bodoh itu hanya boleh mendampingi kamu sebagai seorang
teman, because we’re friend? Apa si bodoh benar-benar tak boleh berlindung di
dalam istana hati mu? Si bodoh ingin terkurung selamanya disana, dia tak
keberatan, mengapa? Karena dia pun tak tahu, entah apa alasannya, mengapa hanya
kamu yang beterbangan liar di luar dan dalam kepalanya, berkelip-kelip cantik
di kotak kalbunya, berbinar-binar riang di pantulan bola matanya. Ah, si bodoh
juga tak mau bernasib sama seperti si Lee Seung Gi yang malang. Si bodoh itu,
dia tak hanya bodoh, dia juga keras kepala, dan banyak maunya. Tak sadar kah
dia, bahwa dia itu amatlah bodoh untuk kamu. Bodohnya si bodoh itu.
Si bodoh juga merasa
sesuatu tengah menumbuk lempeng hatinya ketika ia menonton MV Super Junior
berjudul No Other. Ah, si bodoh ingin kamu datang padanya yang entah kapan itu
akan terjadi, si bodoh tak tahu. Dia, si bodoh itu, mengilusikan dengan lancang
sekali, dengan seenak hati, kamu, kamu sebagai Lee Dong Hae dengan mawar
merahnya, atau Yesung dengan balon-balonya, atau mungkin Heechull dengan surat
cintanya, ah, atau bahkan Eunhyuk dengan dance-nya. Uhm, sebenarnya semua
bentuk metode pengungkapan rasa itu akan membuat si bodoh yang bodoh ini merasa
tubuhnya begitu ringan hingga sanggup di terbangkan angin yang lemah sekalipun
hingga menembus awan dan menyapa si mentari pagi. Ah, si bodoh juga
berimajinasi sesuka hati, kamu yang nyanyikan lagu Super Junior – Marry U,
untuksi bodoh. Dasar, si bodoh ini sungguh tidak tahu malu. Berharap banyak,
padahal satupun ia tak memliki hakwalau untuk sekedar berharap. Bodohnya dia.
Atau bagaimana dengan
No Min Woo yang mengungkapkan rasa yang tumbuh di hatinya pada Bora, noona yang
sekitar 5 tahun lebih berumur daripada dia, di dalam MV BOYFRIEND
berjudul Boyfriend? Mengetuk pintu, menghadiahkan sekeping CD dengan label LOVE
di kotaknya. Min Woo tampak sangat manis. Ah, sungguh romantis bukan? Eh,
tunggu. Mengapa tiba-tiba tampang manis No Min Woo berganti menjadi kamu? Ah,
mengapa kamu juga terlihat begitu manis dalam ilusi semu si bodoh? Ah, ini
membuatnya gila. Buyar-buyar, buyarkan imajinasikonyol ini. Si bodoh memukul
kepalanya dengan begitu bodoh. Ah!
Selain itu, si bodoh juga tanpa sengaja mengilustrasikan dengan sebodohnya,
seperti Onew yang membawakan sebuket bunga, atau Minho yang menanti di depan
rumah dengan mobil mewah super keren itu serta sebuah boneka besar, atau bahkan
yang plaing favorit, bagi si bodoh, Key! Key dengan cincin itu. Ah, si bodoh
bahkan akan mati sesak menaham riang jika itu benar terjadi, padanya. Ah,
mengapa kamu hadir lagi dan menggusur wajah-wajah mereka? Ah, kamu menyebalkan
deh ih. Sana!
Suatu malam, hujan, dan
dingin. Si bodoh menonton MV Kara berjudul Winter Magic. Disana salju, ini
bulan Desember, memang bulan dimana jadwal slaju putih bersih yang polos itu
turun dan menyentuh bumi lembut. Ini Desember, si bodoh menempel December wish
nya di rak meja belajar, menulisi kertas-kertas kecil warna oranye dan hijau,
serta merah muda. Salah satunya, bertuliskan :
“ I was wondering
if I could meet you on this December, eventhough in the last of date, at 31th.
“
Di dalam Mv itu,
ternyata bercerita tentang gadis yang menanti seorang yang di sukainya,
mempersiapkan segala sesuatu dengan matang. Dandanan, sikap, dan kado. Ah, si
bodoh sungguh iri. Jika bisa memilih, dia akan menjadi Goo Ha Ra dengan pot
bunga serta bunganya ( si bodoh akan belajar menyukai bunga, walau di dunia
nyatanya, ia tak tertarik sama sekali pada bunga ), atau Han Seung Yeon dengan
syal hasil rajutannya ( si bodoh akan belajar merajut dengan sungguh-sunggu
walau ia sama sekali tak suka di ajari tentang berbagai macam keterampilan
wanita ), ah, atau mungkin Kang Ji Yeon dengan kadonya pula. Ah, si bodoh
benar-benar iri. Mereka, yang walau telah lama menunggu, hingga bahkan nyaris
menangis, tapi, beruntungnya pria itu datang, dan mereka pun tersenyum.
Semua pengandaian itu
tak satupun yang berakhir sama atau pun sekedar mirip dengan kisah perjalanan
bodoh si bodoh. Kotoko, Xiang Qin, Ha Ni, Miho, Jan Di, ataupun Nana. Gadis di
MV No Other, Bora di MV Boyfriend, atau bahkan KARA di MV Winter Magic.
Penantian mereka membuahkan hasil yang manis, lain halnya dengan si bodoh. Ah,
apa si bodoh itu akan memiliki akhir yang sedikit mirip seperti Lee Seung Gi?
Because We’re Friend? Ah, si bodoh tak tahu, bukan, kali ini, dia tak mau tahu,
berpura-pura tak tahu. Ah!
Lalu, bagaimana dengan
si bodoh? Dia masih menunggu, selalu menunggu, menunggu sesuatu yang sangat tak
pasti, yaitu kamu. Mengapa? Mungkin, karena ini yang pertama, sehingga, ia
dengan begitu lancang, membumbung asa menjadikan ini yang terakhir pula, awal
dan akhir. Dia, si bodoh itu, ingin menunggu, walau kamu tak minta ditunggu.
Mengapa? Karena dia begitu bodoh untuk lelah, jera, dan menyerah dalam
menjalani ruitinitas terbodohnya, yaitu, menunggu, menunggu kamu, kamu.
Ini fakta dunia nyata,
bukan rekayasa fatamorgana.
By: Rahmadila Eka Putri (@ladilacious)
(Blog : Bacotan si dilacious)