Satu pertanyaan yang mungkin mecuat di pikiran kalian, atas
dasar apa si bodoh menulis ini? Apa tujuan terselubung yang tengah dirancang si
bodoh dengan hanya bermodalkan otak bodohnya itu? Apa karena hanya ia bodoh?
Yah, sepertinya itu bisa menjadi salah satu alasan. Sebodoh bodohnya si bodoh,
ia masih tetap bodoh. Seberapa tekun pun ia berusaha, walau untuk sekedar
sedikit lebih pintar, tetap saja, ia terjatuh, terduduk, tertunduk, dan tetap
bodoh, tentunya.
Ia bahkan masih tak tahu mengapa ia tak merasa jera walau
hanya sekali, di sepanjang perjalanan semu yang kian membodohkannya, menuju
kamu yang masih dan semakin tak pasti, kamu yang disana, entah sendiri atau
telah berdua, atau mungkin bersama.Ah, tak tahu, keluh si bodoh.
Bahkan si bodoh juga tak rasakan letih, menulis ini, sebanyak
8.453 kata, dari helai pertama hingga helai terakhirsuratnya. Mengapa? Ah, kali
ini si bodoh tidak akan menjawab tak tahu lagi. Karena,si bodoh tahu, ia akan
menjawabnya dengan amat yakin, sedikit sok, dan membuatnya merasa jauh lebih
bangga dibandingkan dengan kebanggaan nya ketika tidak remedi Fisika, dimana
hanya dia dan seorang temen sekelasnya saja, dari tiga lokal, dia lolos dari
gelar Remedial Fisika, kelas dua, padahal tetap saja, dalam hal ini, dia itu
bodoh. Bagi si bodoh, ini, adalah kebodohan paling jenius yang dilakukan si
bodoh. Si bodoh yang jenius, satu kali saja.
Ah! Si bodoh juga punya sebuah alasan pendukung yang amat lah
kuat. Seseorang yang masih bermukimtanpa biaya sewa di ruang hati si bodoh hingga
detik ketika ia selesai menulis ini. Kamu, sebagai pengirim sebuah pesan
singkat itu, pada Minggu, 6 November 2011, pukul 12:27 WIB.
Kamu tahu? Ah, kalau ini kamu harus tahu. Dunia si bodoh
seolah tengah diterpa badaikelopak mawar merah yang bersinar. Dunia nya seolah
sangat mekar, mendung beranjak di usir semarak warna-wani bunga di dunia bodoh
si bodoh yang entah mengapa semuanya di tumbuhi oleh beraneka bunga, padahal si
bodoh bahkan tak tertarik sama sekali pada bunga, dia lebih suka buku dan makanan.
Seperti musim salju yang tiba-tiba berganti menjadi musim semi, bunga-bunga
menari, matahari tersenyum lebar, awan-awan putih polos berputar-putar girang.
Aneh ya? Memang, begitulah. Mengapa si bodoh tiba-tiba merasakan sensasiluar
biasa seperti itu? Ah, si bodoh lagi dan lagi, dengan bodohnya,menjawab, ah,
tak tahu.
Hei, ingat tidak? Ah, mungkin tidak ya.Kamu, berujar seperti
ini, entah ini hanya sekedar gurauan, omong kosong, atau memang tulus, si bodoh
masih tak mampu membedakannya hingga sekarang, karena, ternyata ia masih sangat
bodoh, bodoh sekali, kadang ia benci saat seperti itu, mengapa ia begitu bodoh.
Mungkin, justru ia lah membuat hal – hal yang sebenarnya sudah pasti menjadi
terlihat tidak pasti, akibat kebodohannya yang tak tahu apapun itu. Bodoh!
Uhm, ini lah kalimat itu :
“ Gue suka sama orang yang suka nulis. “
Ah, sepertinya si bodoh terlalu banyak bicara. Ini akan lebih
mirip sebuah essay tugas kuliah, daripada sepucuk surat dengan 6 helai yang
terisi penuh. Ibarat essay tugas kuliahnya, yang di tulis tangan di buku diari,
berwarna merah muda, bermotif hati disana-sini, dan lagi harum.
Percaya atau tidak, si bodoh bahkan tak punya satupun buku
diari hingga saat ini. Jadi, bagaimana mungkin si bodohakan menulisi lembar
demi lembar sebuah diari. Si bodohdengan sedikit keangkuhannya, padahal dia kan
bodoh, ia seakan tak butuh diari untuk mengenang semua tentang mu. Si bodoh
telah memliki sekepinghati untuk menyimpan file-file nostalgia tentang kamu
yang terawat apik di ruangan khusus yang tak akan pernah penuh oleh semua
tentang kamu, selalu ada tempat luang untuk memori demi memori berkaitan dengan
kamu.Selalu, kata si bodoh.
Si bodoh yang masih saja tetap bodoh denganulah bodohnya yang
terlalu bodoh hingga ia bahkan tampak lebih membodohkan diri di dunia bodohnya
yang amat bodoh. Sebodoh bodohnya bodoh, ya si bodoh yang terlalu bodoh. Bodoh,
bodoh, dan bodoh.
Hm, berikut inti dari semua omongan rancu si bodoh :
“ Ya Allah SWT, apabila bukan hamba pendamping yang engkau
persiapkan untuknya, maka jagalah jodoh yang engkau takdirkan mendampingi dia.
Tetaplah jaga dan lindungi dia, permudahlah segala urusannya, tuntunlah dia, serta
keluarganya, jodohnya, dan orang-orang yang disayanginya, kemudian juga
lindungi langkah seseorang yang engkau takdirkan sebagai jodoh hamba. Amin.
"
“ Aku suka padamu, bukan pada teman mu, seperti yang kau
sangka, kau salah duga. Itu nyata, dan bukan imajinasi sesaat belaka. Itu
fakta, bukan rekayasa. Itu ada, bukan mengada-ada. Itu bukan fiksi, bukan
ilusi, bukan sensasi ruang maya semata. Hanya satu yang ku pinta, bukan kesedian
untuk bisa bersama, tapi hanya sebuah niat untuk percaya, ku minta kau percaya.
Percaya, bahwa aku ada, dengan rasa yang nyata, untuk kamu semata. Hanya itu
saja, yang ku pinta. “
“ Walau aku tidak tahu apa-apa, walau aku bodoh karena nya.
Walau bahkan kebodohan sebab ketidaktahuan apa-apa ini membuat ku tampak sangat
aneh untuk sekedar kau mengerti, bukan pahami. Tapi, satu hal yang tak
boleh kau lupa. Walau aku bodoh dan aneh, sungguh, aku bukan orang jahat. “
“ Orang bodoh ataupun orang aneh, bukan kah mereka masih
tergolong spesies manusia? Bukan kah setiap manusia selalu dilengkaapi dengan
hati nurani oleh sang Pencipta? Bukan kah sangat mungkin, jika mereka juga
memiliki rasa bernama suka? Atau bahkan cinta? Bukankah mereka juga punya hak
untuk menyuka atau pun mencinta? Karena mereka juga manusia, sama seperti kamu,
yang disana. Kamu, yang suka dia. Suka atau pun cinta. Sebuah rasa. “
“ Disini, karena begitu bodoh, aku masih saja menunggu
sesuatu yang tidak pasti, yaitu kamu. Aku masih saja terus belajar untuk
menjadi baik-baik saja saat menatap punggungmu yang
semakin menjauh, datang padanya. Jika kelak kamu ingin datang, berbaliklah, dan
melangkahlah dengan tulus, datang padaku. Aku masih disini, menanti kamu yang
disana. “
“ Ini yang terakhir, berbahagialah bersama dia yang kamu
suka. Aku masih disini, jika kamu ingin datang, datanglah tanpa terpaksa.
Aku disini, akan senantiasa menyambutmu dengan tangan terbuka, dengan apapun
alasan yang kamu bawa. Aku disini, menjaga rasa bernama suka, yang mungkin akan
segera bermetamorfosa menjadi cinta. Aku disini, dan masih tak beranjak kemana.
Jika saat itu tiba, jangan lupa, bagi aku undangan mu dengan dia. Aku,
akan datang, dan turut bersuka cita, atas bahagia kamu, dan dia. “
“ Sampai jumpa, kamu yang disana. “
“ Sampai jumpa. “
By: Rahmadila Eka Putri (@ladilacious)
(Blog: Bacotan si dilacious)