kepada dinding dingin kamar yang tidak lagi muram.
baru saja kita membuatnya sedikit berdarah oleh petikan warna kutukan.
berdiri diantara pelukan-pelukan paling lekat milik yang menetap.
di dalam seribu tawa menjadi teka-teki yang tidak perlu kita silangkan, itu sudah terlalu rumit untuk tumit kata kita memahaminya.
berceritalah seolah kita paham dengan semua noda dosa yang Tuhan ciptakan
setelah lama mengutuk kutipan kata-kata dan semua judul puisi yang telah mereka tuliskan
pada hari yang entah kapan, kelak kita akas melepaskan diri lalu pura-pura saling mengikhlaskan
biarlah sunyi dan diam kita yang saling memahami
mungkin memang kamar kitalah yang paling berjodoh -