Sudah satu
bulan aku tidak mengunjungi dunia maya, padahal biasanya hampir di setiap saat
aku berkunjung di dunia maya. Bukan karena sibuk atau keperluan penting lainnya,
aku hanya ingin menikmati dunia nyata. Aku ingin menikmati sesuatu yang benar-benar
ada, yang benar-benar nampak di pelupuk mata. Aku merasa jenuh dengan kepura-puraan
yang ada di dunia maya. Banyak orang menekan tombol like di jejaring sosial facebook,
tapi dalam dunia nyata mereka mengejek status tersebut, bahkan ada yang menekan
tombol like padahal tidak mengerti
dengan isi status tersebut.
Tapi kali kini
aku akan menceritakan salah satu pengalamanku di dunia maya yang merubah
hidupku di dunia nyata. Kisah ini dimulai sekitar pertengahan bulan Januari
lalu. Seperti pagi-pagi sebelumnya, setelah bangun tidur aku langsung
menyalakan laptop dan memasang modem pada slot
yang ada di laptopku dengan satu tujuan, online.
Tapi ada yang aneh, pagi ini aku tak menemukan satupun pemberitahuan pada akun facebook-ku.
“Tumben,
biasanya pagi-pagi begini banyak banget pemberitahuan.” gumamku dalam hati.
Aku pun berniat
untuk keluar dari akun facebook-ku. Namun tepat sebelum aku mengeklik tombol
keluar, laptopku berbunyi dan menampilkan sebuah percakapan, salah satu temanku
di facebook mengirim pesan padaku.
Afriana Asri, nama tersebut muncul di bagian atas percakapan itu.
“Hai Arga…!!!”
pesan tersebut yang muncul di jedela percakapan facebook-ku.
Awalnya aku
bingung, karena seingatku tak ada teman facebook-ku
yang bernama Afriana Asri. Aku mengingatnya, karena teman facebook-ku masih sedikit, dan semua adalah orang yang aku kenal di
dunia nyata. Tapi, daripada tidak ada yang kulakukan, lebih baik aku meladeni
dia. Cukup lama kami bercakap-cakap hal yang sebenarnya tidak terlalu penting,
tapi cukup mengasikkan.
Aku
bercakap-cakap dengannya sambil melihat-lihat akunnya untuk mencari tahu
siapakah dia. Pertama, aku membuka fotonya, karena inilah yang paling dapat
menentukan, apakah aku mengenalnya atau tidak. Aku mengeklik pada foto
profilnya. Setelah terbuka, aku mengamati fotonya dengan seksama.
“Hmm, siapa ya?
Kayaknya aku gak pernah lihat deh. Tapi cantik sih.” ucapku sambil mengamati
fotonya dan senyum-senyum sendiri.
Untuk
mendapatkan informasi yang lebih detail, akupun membuka halaman info profilnya,
siapa tahu dia tetangga atau siswi satu sekolahku. Setelah membuka halaman
profilnya, aku baca semua info tentang dirinya.
“Owh, anak SMU
Dwi Pena juga. Tapi kok kayaknya aku gak pernah lihat dia ya.” ucapku bingung.
Setelah setengah
jam kami bercakap-cakap, tiba-tiba dia offline.
Jengkel juga sih, lagi asik-asiknya ngobrol, malah off tanpa pemberitahuan. Tapi tak apalah, aku juga harus
bersiap-siap berangkat ke sekolah, mungkin dia juga.
***
Sepulang
sekolah, aku tidak langsung pulang. Aku berdiri di dekat gerbang sekolah,
berharap menemukan dia di antara puluhan siswi yang keluar melalui pintu
gerbang sekolah. Namun, hingga sekolah sepi, aku tak menemukan wajah yang ada
di foto yang kulihat pagi tadi. Aku segera pulang, ingin membuka facebook, berharap dia sedang online.
Sesampaiku di
rumah, aku langsung menyalakan laptop-ku dan online lagi. Tapi aneh, lagi-lagi pemberitahuanku kosong. Kulihat
di daftar obrolah, hanya ada satu nama yang sedang online, Afriana Asri. Aneh, tapi biarlah. Mungkin yang lain sedang sibuk. Aku langsung memulai
percakapan dengannya.
“Hai Ana… ^_^”
begitulah aku menyapanya.
“Hai juga,
Arga… ^_^ baru pulang sekolah ya?” dia membalas sapaanku.
“Iya nih, baru
pulang. Kamu kok sudah OL? Pulang cepat kah? Atau jangan-jangan, kamu gak masuk
sekolah ya?”
“Iya nih, aku
lagi sakit. Makanya aku gak pergi sekolah.”
“Owh… pantesan
aku gak lihat kamu di gerbang sekolah.”
“Hah? Kamu
nunggu aku di gerbang sekolah?”
“Iya. Hehehe…”
“Maaf ya, bikin
kamu menunggu.”
Baru saja aku
ingin membalasnya, tiba-tiba dia offline
lagi. Semua kejadian itu berlangsung terus menerus selama dua pekan. Tak ada
pemberitahuan, hanya dia yang online,
dan saat ngobrol, dia offline
tiba-tiba. Satu lagi, aku tak pernah menemukannya di sekolah.
Hingga suatu hari sebuah pesan dari dia masuk
ke inbox-ku dan membuat aku terkejut.
“Arga, kamu mau
gak jadi pacarku?”
Rasanya tidak
percaya saat aku membaca pesan tersebut. Pasalnya, aku baru mengenalnya dua
pekan yang lalu, itupun melalui dunia maya. Selain itu, yang membuat aku
terkejut sekaligus senang adalah, wanita secantik dia ingin menjadi pacarku.
Ini adalah hal yang sangat luar biasa untukku.
“Mau sih. Tapi,
apa kamu yakin dengan ucapanmu itu?” balasku.
Dia tak
membalas. Setelah cukup lama aku menunggu balasannya, tiba-tiba dia offline lagi. Aku makin bingung,
sebenarnya apa yang terjadi. Apakah yang tadi dia katakan adalah benar? Apakah
dia serius dengan ucapannya? Atau balasanku yang menanyakan keyakinannya
tersebut salah?
Keesokan
paginya, setelah bangun tidur aku langsung membuka facebook-ku lagi. Hari ini ada yang berbeda, ada satu pemberitahuan
untukku.
Afriana Asri mencantumkan Anda sebagai
pacarnya.
Terima ∙ Tolak
Aku sempat
terkejut dan bingung. Tapi aku langsung menerimanya, aku merasa cocok dengannya.
Aku juga merasa percakapanku dengannya selama dua pekan ini cukup untuk
mengenal satu sama lain.
***
Sudah satu
pekan setelah aku dan Ana berstatus pacaran. Tapi selama satu pekan itu juga,
aku tak pernah melihatnya online
lagi. Aneh, pikirku. Hal ini membuatku penasaran. Akupun membuka info profilnya
dan mencari alamat rumahnya. Setelah kudapatkan, aku langsung bergegas ke
rumahnya. Selama di perjalanan, aku terus memikirkannya. Apa sebenarnya yang
terjadi padanya? Mengapa dia tidak pernah menghubungi aku lagi? Apa ini
salahku? Atau dia yang merasa bersalah padaku? Aku semakin bingung.
Setelah
limabelas menit perjalanan, aku tiba di rumahnya. Tak terlalu besar, berwarna
putih, berpagar besi warna hitam. Tapi, terlihat sepi. Aku menekan tombol yang
ada di sisi kiri pagarnya. Berkali-kali kutekan, tak ada satupun orang keluar
dari balik pintu itu. Tak lama kemudian, ada seorang perempuan keluar dari
rumah yang ada di samping rumah Ana. Akupun menyapanya dan menanyakan tentang
Ana.
“Permisi bu,
apakah rumah di itu benar milik keluarga Afriana Asri?” tanyaku sambil menunjuk
rumah Ana.
“Oh, iya dek.
Tapi, semua penghuninya pulang kampung setelah Afriana meninggal.” Jawaban ibu
tersebut membuatku sangat syok.
“Me-meninggal?
Kapan?” tanyaku tergagap.
“Kalau tidak
salah, saat tahun baru. Dia kecelakaan saat akan merayakan tahun baru bersama
teman-temannya.”
“Terima kasih
infonya, bu.” jawabku seraya berbalik dan langsung mengendarai motorku menuju
rumah.
Ucapan ibu tadi
masih mengiang di telingaku, rasanya sungguh tak percaya. Akupun mencoba untuk
berpikir positif.
“Ah, mungkin
ada orang iseng yang menggunakan akunnya untuk mengerjaiku. Atau mungkin ada
temanku yang merubah nama dan seluruh info profilnya untuk mengerjaiku.”
pikirku.
Akupun
menyalakan laptop-ku lagi dan membuka facebook-ku,
berharap dia online lalu aku akan
menginterogasinya.
Saat akun facebook-ku terbuka, betapa terkejutnya
aku. Suatu hal yang aneh terjadi, membuatku bingung dan tak dapat berpikir
jernih. Terdapat delapan puluh lima pemberitahuan dan tujuh pesan. Saat kubuka,
beberapa pemberitahuan yang belum dibaca dan beberapa pesan masuk sejak tiga
pekan yang lalu, tapi aku tak pernah menerima pemberitahuan dan pesan sejak
tiga pekan yang lalu, kecuali dari Ana.
“Gak, gak
mungkin.” ucapku.
Akupun mengetikkan
nama Afriana Asri di pencarian. Aku menemukan hanya ada satu-satunya nama itu
dalam pencarian. Kubuka akun itu. Benar, itu adalah akunnya, ku lihat dari
fotonya. Tapi aku tidak berteman dengannya, dan aku juga menemukan pesan
dinding dari beberapa temannya yang mengungkapkan rasa sedih mereka. Lalu,
siapa yang kutemani mengobrol selama ini? Siapa yang menjadi pacarku selama
satu pekan ini? Ternyata, pacarku di dunia maya benar-banar maya. Dia sudah tak
ada di dunia nyata.