19 April 2013

MAYA




Sudah satu bulan aku tidak mengunjungi dunia maya, padahal biasanya hampir di setiap saat aku berkunjung di dunia maya. Bukan karena sibuk atau keperluan penting lainnya, aku hanya ingin menikmati dunia nyata. Aku ingin menikmati sesuatu yang benar-benar ada, yang benar-benar nampak di pelupuk mata. Aku merasa jenuh dengan kepura-puraan yang ada di dunia maya. Banyak orang menekan tombol like di jejaring sosial facebook, tapi dalam dunia nyata mereka mengejek status tersebut, bahkan ada yang menekan tombol like padahal tidak mengerti dengan isi status tersebut.
Tapi kali kini aku akan menceritakan salah satu pengalamanku di dunia maya yang merubah hidupku di dunia nyata. Kisah ini dimulai sekitar pertengahan bulan Januari lalu. Seperti pagi-pagi sebelumnya, setelah bangun tidur aku langsung menyalakan laptop dan memasang modem pada slot yang ada di laptopku dengan satu tujuan, online. Tapi ada yang aneh, pagi ini aku tak menemukan satupun pemberitahuan pada akun facebook-ku.
“Tumben, biasanya pagi-pagi begini banyak banget pemberitahuan.” gumamku dalam hati.
Aku pun berniat untuk keluar dari akun facebook-ku.  Namun tepat sebelum aku mengeklik tombol keluar, laptopku berbunyi dan menampilkan sebuah percakapan, salah satu temanku di facebook mengirim pesan padaku. Afriana Asri, nama tersebut muncul di bagian atas percakapan itu.
“Hai Arga…!!!” pesan tersebut yang muncul di jedela percakapan facebook-ku.
Awalnya aku bingung, karena seingatku tak ada teman facebook-ku yang bernama Afriana Asri. Aku mengingatnya, karena teman facebook-ku masih sedikit, dan semua adalah orang yang aku kenal di dunia nyata. Tapi, daripada tidak ada yang kulakukan, lebih baik aku meladeni dia. Cukup lama kami bercakap-cakap hal yang sebenarnya tidak terlalu penting, tapi cukup mengasikkan.
Aku bercakap-cakap dengannya sambil melihat-lihat akunnya untuk mencari tahu siapakah dia. Pertama, aku membuka fotonya, karena inilah yang paling dapat menentukan, apakah aku mengenalnya atau tidak. Aku mengeklik pada foto profilnya. Setelah terbuka, aku mengamati fotonya dengan seksama.
“Hmm, siapa ya? Kayaknya aku gak pernah lihat deh. Tapi cantik sih.” ucapku sambil mengamati fotonya dan senyum-senyum sendiri.
Untuk mendapatkan informasi yang lebih detail, akupun membuka halaman info profilnya, siapa tahu dia tetangga atau siswi satu sekolahku. Setelah membuka halaman profilnya, aku baca semua info tentang dirinya.
“Owh, anak SMU Dwi Pena juga. Tapi kok kayaknya aku gak pernah lihat dia ya.” ucapku bingung.
Setelah setengah jam kami bercakap-cakap, tiba-tiba dia offline. Jengkel juga sih, lagi asik-asiknya ngobrol, malah off tanpa pemberitahuan. Tapi tak apalah, aku juga harus bersiap-siap berangkat ke sekolah, mungkin dia juga.
***
Sepulang sekolah, aku tidak langsung pulang. Aku berdiri di dekat gerbang sekolah, berharap menemukan dia di antara puluhan siswi yang keluar melalui pintu gerbang sekolah. Namun, hingga sekolah sepi, aku tak menemukan wajah yang ada di foto yang kulihat pagi tadi. Aku segera pulang, ingin membuka facebook, berharap dia sedang online.
Sesampaiku di rumah, aku langsung menyalakan laptop-ku dan online lagi. Tapi aneh, lagi-lagi pemberitahuanku kosong. Kulihat di daftar obrolah, hanya ada satu nama yang sedang online, Afriana Asri. Aneh, tapi biarlah. Mungkin yang  lain sedang sibuk. Aku langsung memulai percakapan dengannya.
“Hai Ana… ^_^” begitulah aku menyapanya.
“Hai juga, Arga… ^_^ baru pulang sekolah ya?” dia membalas sapaanku.
“Iya nih, baru pulang. Kamu kok sudah OL? Pulang cepat kah? Atau jangan-jangan, kamu gak masuk sekolah ya?”
“Iya nih, aku lagi sakit. Makanya aku gak pergi sekolah.”
“Owh… pantesan aku gak lihat kamu di gerbang sekolah.”
“Hah? Kamu nunggu aku di gerbang sekolah?”
“Iya. Hehehe…”
“Maaf ya, bikin kamu menunggu.”
Baru saja aku ingin membalasnya, tiba-tiba dia offline lagi. Semua kejadian itu berlangsung terus menerus selama dua pekan. Tak ada pemberitahuan, hanya dia yang online, dan saat ngobrol, dia offline tiba-tiba. Satu lagi, aku tak pernah menemukannya di sekolah.
 Hingga suatu hari sebuah pesan dari dia masuk ke inbox-ku dan membuat aku terkejut.
“Arga, kamu mau gak jadi pacarku?”
Rasanya tidak percaya saat aku membaca pesan tersebut. Pasalnya, aku baru mengenalnya dua pekan yang lalu, itupun melalui dunia maya. Selain itu, yang membuat aku terkejut sekaligus senang adalah, wanita secantik dia ingin menjadi pacarku. Ini adalah hal yang sangat luar biasa untukku.
“Mau sih. Tapi, apa kamu yakin dengan ucapanmu itu?” balasku.
Dia tak membalas. Setelah cukup lama aku menunggu balasannya, tiba-tiba dia offline lagi. Aku makin bingung, sebenarnya apa yang terjadi. Apakah yang tadi dia katakan adalah benar? Apakah dia serius dengan ucapannya? Atau balasanku yang menanyakan keyakinannya tersebut salah?
Keesokan paginya, setelah bangun tidur aku langsung membuka facebook-ku lagi. Hari ini ada yang berbeda, ada satu pemberitahuan untukku.

Afriana Asri mencantumkan Anda sebagai pacarnya.
Terima ∙ Tolak

Aku sempat terkejut dan bingung. Tapi aku langsung menerimanya, aku merasa cocok dengannya. Aku juga merasa percakapanku dengannya selama dua pekan ini cukup untuk mengenal satu sama lain.
***
Sudah satu pekan setelah aku dan Ana berstatus pacaran. Tapi selama satu pekan itu juga, aku tak pernah melihatnya online lagi. Aneh, pikirku. Hal ini membuatku penasaran. Akupun membuka info profilnya dan mencari alamat rumahnya. Setelah kudapatkan, aku langsung bergegas ke rumahnya. Selama di perjalanan, aku terus memikirkannya. Apa sebenarnya yang terjadi padanya? Mengapa dia tidak pernah menghubungi aku lagi? Apa ini salahku? Atau dia yang merasa bersalah padaku? Aku semakin bingung.
Setelah limabelas menit perjalanan, aku tiba di rumahnya. Tak terlalu besar, berwarna putih, berpagar besi warna hitam. Tapi, terlihat sepi. Aku menekan tombol yang ada di sisi kiri pagarnya. Berkali-kali kutekan, tak ada satupun orang keluar dari balik pintu itu. Tak lama kemudian, ada seorang perempuan keluar dari rumah yang ada di samping rumah Ana. Akupun menyapanya dan menanyakan tentang Ana.
“Permisi bu, apakah rumah di itu benar milik keluarga Afriana Asri?” tanyaku sambil menunjuk rumah Ana.
“Oh, iya dek. Tapi, semua penghuninya pulang kampung setelah Afriana meninggal.” Jawaban ibu tersebut membuatku sangat syok.
“Me-meninggal? Kapan?” tanyaku tergagap.
“Kalau tidak salah, saat tahun baru. Dia kecelakaan saat akan merayakan tahun baru bersama teman-temannya.”
“Terima kasih infonya, bu.” jawabku seraya berbalik dan langsung mengendarai motorku menuju rumah.
Ucapan ibu tadi masih mengiang di telingaku, rasanya sungguh tak percaya. Akupun mencoba untuk berpikir positif.
“Ah, mungkin ada orang iseng yang menggunakan akunnya untuk mengerjaiku. Atau mungkin ada temanku yang merubah nama dan seluruh info profilnya untuk mengerjaiku.” pikirku.
Akupun menyalakan laptop-ku lagi dan membuka facebook-ku, berharap dia online lalu aku akan menginterogasinya.
Saat akun facebook-ku terbuka, betapa terkejutnya aku. Suatu hal yang aneh terjadi, membuatku bingung dan tak dapat berpikir jernih. Terdapat delapan puluh lima pemberitahuan dan tujuh pesan. Saat kubuka, beberapa pemberitahuan yang belum dibaca dan beberapa pesan masuk sejak tiga pekan yang lalu, tapi aku tak pernah menerima pemberitahuan dan pesan sejak tiga pekan yang lalu, kecuali dari Ana.
“Gak, gak mungkin.” ucapku.
Akupun mengetikkan nama Afriana Asri di pencarian. Aku menemukan hanya ada satu-satunya nama itu dalam pencarian. Kubuka akun itu. Benar, itu adalah akunnya, ku lihat dari fotonya. Tapi aku tidak berteman dengannya, dan aku juga menemukan pesan dinding dari beberapa temannya yang mengungkapkan rasa sedih mereka. Lalu, siapa yang kutemani mengobrol selama ini? Siapa yang menjadi pacarku selama satu pekan ini? Ternyata, pacarku di dunia maya benar-banar maya. Dia sudah tak ada di dunia nyata.

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru