Cinta tak pernah mengenal siapa. Kepada sosok yang berpasangan atau sendiri. Hanya saja aku memupuk sebuah cinta. Cita pada sosok yang memiliki pasangan. Cintaku tak tertolong. Hati ini diselubungi rasa sayang padamu. Sosok yang selalu tertawa penuh seloroh. Kau yang selalu membuatku berdecak kagum dan bertingkah aneh. Wanita cantik yang bertabiat sederhana.
Kendaraan saling serobot. Saling mendahului. Ohh.. Andai saja aku mampu menyerobot hatimu. Blouse kelabu itu selalu membuatku berdecak kagum. Warna kulitmu menyala dibalik baju itu. Kulitmu putih. Kulitku sawo matang. Beberapa orang mengatakan kita berjodoh. Tapi, kau hanya tertawa. Menganggap itu lelucon. Dan aku di sini tersenyum, dengan khidmat menjadikan itu Do'a.
Angin pantai itu memainkan anak rambutmu. Rambutmu terurai sepangkalan paha. Kau lebih cantik dari pada tokoh Rapunsel. Rasa panas ini selalu menyelubungiku. Saat orang itu datanh. Berdiri tepat di sampingmu. Memeperbaiki anak rambutmu yang berlarian tak karuan terhantam angin. Aku tertunduk. Tertunduk penuh cemburu.
Matamu indah. Sangat indah. Mata hitam legam itu membuatku semakin mengagumimu. Kau tak pernah berusaha menutupinya dengan kacamata. Matamu bulat. Pupilmu besar. Pipimu tembam. Kau luar biasa. Jikalau kau bersediah menemani hari-hariku. Kan kucium pipi tembam itu setiap pagi. Tapi, kau lagi-lagi memilih lelaki itu.
Pernah sekali aku melihatmu dengan langkah terseret-seret. Kau sangat lelah. Pekerjaanmu menulis puluhan naskah drama setiap bulannya. Kadangpula membuatmu kepayang. Saat ide itu tak dapat kau gali. Kau akan menghela nafas kesal. Aku sangat mengenalimu. Kau ingat? Masa pertamamu diangkat sebagai penulis naskah drama. Kau meloncat-loncat kegirangan. Dan kau berkata padaku bahwa kau akan membuat semua pentas drama di panggung ini sukses. Kau tersenyum bahagia. Aku ikut bahagia. Hanya saja, kebahagian itu tak dilengkapi dengan beberapa detik pelukan hangat. Ahh... Kita hanya berteman.
Aku tak pernah bisa mengalihkan pandanganku padamu. Pada mata berpupil besar itu. Kau terlalu indah untuk tak di tatap. Andai saja ada bidadari yang turun kelangit. Aku tahu alasannya apa. Yah, Alasannya kaarena dia merasa tertukar tempat denganmu. Sungguh. Aku memendam cinta yang lebih tinggi dari gunung tertinggi di dunia.
Pernah pula dengan mata berbinar. Kau menceritakan tentang dia. Tentang pria pilihan hatimu. Andai saat itu aku tak mampu mengontrol diri. Mungkin saja kau dapat membaca dengan sangat jelas sakitku. Sakit yang tumbuh menjalar karena cemburu. Cemburu yang lebih tajam dari sembilu. Ahh.. Lucu memang. Kau bukan pacarku. Lalu mengapa aku cemburu? Cinta ini tak pernah mengenal pada siapa.
Belum puas aku melamunkanmu. Ponselku bergetar meminta perhatian. "Ayana" Kau memanggilku? Ada apa ini?
Suaraamu terdengar sedikit parau. Tanpa ba-bi-bu aku meminta izin bertemu langsung denganmu. Satu hentakkan kutarik jaketku. Meninggalkan ruanganku. Ruangan yang penuh akan dirimu. Mejaku bertatakan fotomu candidmu. Sapu tanganmu yang kubercaki darah pun masih utuh tanpa tercuci di meja. Seluruh ruangan ini di penuhi poster. Poster wajahmu. Wajah yang kuambil dan kucetak dari foto akun jejaring facebookmu. Semua hal tentangmu. Sudahku katakan. Aku mencintaimu. Sangat mencintaimu.
Kau menangis. Karenanya. Lelaki pilihanmu. Aku tersenyum penuh kemenangan. Dia menduakanmu. Untuk pertama kalinya kau memelukku.
Dan hari ini aku benar-benar merasa aku dan kamu akan berubah menjadi Kita.
Dari bilik rindu akan kebersamaan kita
Airly Latifah
Latifahtifa.blogspot.com