Engkau
adalah matahari bagiku. Ketika mentari tertutup awan dan tak mampu memberikan
benderang, engkaulah penyinarku. Ketika kelabu tak berkesudahan saat mataku
menatap langit dan hujan mengguyur tanah hingga banjir di beberapa titik
sekalipun, aku tak pernah merasa hawa dingin menembus tulangku, karna engkau
adalah matahari yang mampu hangatkan jiwa dan ragaku.
namun tiba tiba saja kau pergi,aku
sangat terpukul dengan kondisi seperti ini. Bagaikan kehilangan pedoman hidup
dalam setiap langkahku. Aku bagaikan kehilangan matahari yang menyinariku
dikala siang dan menghangatkan hatiku dikala dingin. Hidupku terasa beku. Tak
ada samar dalam hari-hariku. Diriku selalu terasa hampa. Bahkan langit yang cerah dan berwarna biru karena telah memasuki musim kemarau serasa
berwarna kelabu di hatiku, begitu pudarnya harapanku karna permintaanmu. Tak
ada lagi engkau yang selalu memberikan motivasi agar aku selalu belajar dengan
giat dan menceramahiku ketika malas menerpaku saat aku mengerjakan latihan atau
PR yang jumlahnya tak menentu. Begitu banyak yang hilang dari hatiku setelah
kepergianmu. Engkau adalah pacar yang begitu aku idolakan, kau adalah seorang
kakak tempat aku mengadu dan meminta pedoman nasihat, seorang sahabat berkeluh
kesah, tempatku menceritakan masalahku bersama sahabat-sahabatku lainnya, dan
engkau juga seorang guru yang selalu mengajarkanku berbagai hal, mengajarkanku
rumus Kimia dan bagaimana cara menghapal Sistem Periodik serta bagaimana
caranya mengingat nama kingdom semua makhluk hidup pada pelajaran Biologi yang
begitu sukar untuk kuhapalkan. Mengajarkan aku agar menyukai guru mata
pelajaran terlebih dahulu agar aku bisa mahir di pelajaran yang diajarkannya,
dan memberikan tips untukku bagaimana pola belajar agar mampu membagi waktu
mengerjakan segudang tugas yang menyita waktu dan tenagaku.
Dulu,
engkau selalu membangunkanku ketika azan shubuh untuk solat, dan engkaupun
selalu memarahiku jika aku tidur setelah selesai solat bukannya belajar sesuai
perintahmu. Dulu ketika aku begitu letih karena kegiatan OSIS, engkaulah yang
menyemangatiku agar tak mau menyerah pada rasa lelahku, dan engkau selalu
memberikan waktu agar aku dapat beristirahat dan kembali memulihkan tenagaku
yang terkuras akibat banyaknya kegiatanku. Dulu ketika engkau masih menjadi
pacarku, kita selalu membincangkan banyak hal, bukanlah perbincangan basa-basi
seperti “Aku sayang kamu” ataupun “Kamu segalanya buat aku” namun perbincangan
yang lebih bermutu dan berguna, memperdebatkan setiap pejabat yang muncul di
berita, mencaci maki pejabat yang dengan mudahnya melarikan uang rakyat, bahkan
kita sempat mencari informasi tentang beberapa pejabat yang memiliki banyak
harta karena kecurigaan kita terhadap mereka. Dan kini aku sangat merindukan
itu semua. Aku begitu terpuruk.