Kau dan Kertas yang Menguning
Oleh : Airly Latifah
Airlylatifah.blogspot.com
@AirlyLatifah
Tak pernah aku berhayal setinggi itu
untuk bertemu lagi denganmu. Aku terlalu takut akan anganku sendiri. Takut
mimpi ini bermetafora menjadi racun. Menusukku dengan sembilu. Memilukan
sekali.
Tapi, Tuhanku punya permainannya sendiri, maha
baiknya dia, kita dipertemukan dengan caranya, dengan baju sekolah penuh
keringat, dengan wajah kusam, dengan sepatu berdebu, dan tubuh lelah dihantam
perjalanan jauh. Dengan gaya semiris itu aku dipertemukan denganmu. Tak ada
semangat hidup dan Passion Fashion
sedikitpun, gaya anak sekolah yang acuh. Pertemuan yang dirancang beberapa
menit setelah teman dekatku bertanya tentangmu. Bertanya apakah kau akan
datang, yang kujawab dengan kata “Tidak”. Aku jelas sekaali telah salah.
Skenario Tuhan yang cantik sekali,
bukan?
Jauh dalam lubuk hatiku, aku masih
mencintaimu. Kau berhasil mengetuk ulang pintu hati yang pernah kututup rapat.
Tergembok baja yang dilapisi rantai besi. Pandai sekali kau bermain kunci, kau
sangat pandai memainkan hatiku. Menitip ricik-ricik rindu yang datang di
langit-langit gedung IPTEK Unhas, Senin, 16 Juni 2014, sepandai hujan mengetuk dedaunan,
ranting, batang, hingga atap gedung (kita). Aku hanya ingin membuang gelisah ini. Menulis
ini ditengah mata yang tak kunjung merasa kantuk, yang sepertinya karenamu. Membuang
resah akan hadirmu yang menghilang beberapa tahun terakhir.
Bukankah kau yang dulu selalu hadir dengan
tawa berbehel, senyuman manis, dan berkacamata. Kau yang selalu pandai memainkan
degup jantungku. Cantik memainkan perasaan. Perasaanku.
Langit begitu cerah pagi itu, secerah
tatapanmu. Tak ada sapaan, tak ada teguran, hanya secangkir rasa canggung, dan
secerek malu, entah pemanisnya kau buat dari apa, rasa benci, rindu, marah,
sayang. Aku tak akan pernah tahu. Tak akan. Sesenti pun. Sesapan yang pahit.
Di sini, di balik riuh penonton mataku
setia menyorotmu, mencuri tiap gerak gerikmu, tapi kau hanya tertunduk, tak
sepeduli dan sesemangat aku yang bertemu denganmu. Kau lelaki berkemeja hitam
yang pandai tiada dua.
Betapa ingatnya aku tentang pesan-pesan
yang selalu singgah dari esemes-mu "HND"
kau ingat artinya? Have A Nice dream,
bukan? Aku masih menyimpan puluhan pesan itu, pesan yang telah kubaca jutaan
kali.
Ahhh, sadarkan aku, cerita ini tentang
luka, tentangmu, yang hilang ditelan waktu. Di saat yang paling berbunga di
hatiku. Kini, kau datang, mengetuknya lagi. Mengetuk pintu yang tertutup rapat.
Pandai sekali kau bermain kunci. Jangan berikan aku harapan abu-abu itu.
Kau datang memekarkan bunga dengan
segelas susu. Lalu esoknya? Segelas air pun tak kau bawa, bahkan ragamu tak
pernah kau langkahkan mendekatiku. Tak ada pesan, tak ada panggilan, menghilang
tenggelam di balik derasnya Rinai Rindu, yang telah kubelah berkali-kali.
Dan terus hilang berkali-kali pula.
Dibuat di bilik
masa lalu
Ditulis dengan
begitu nyata, kian sempurna menggelitik rindu