21 January 2013

Perbedaan Ini Tak Menjadi Indah


“maaf , aku gabisa terus kayak gini . aku takut gabisa bahagiain kamu aku takut nyakitin kamu” katakata itu terlontar begitu cepat dari mulut laki laki berusia 19 tahun ini dihadapan wanita berjilbab yang terus menunduk tak berani menatap. Laki-laki tersebut ialah seorang mahasiswa semester 1 disebuah Universitas ternama di Jakarta sebut saja namanya Fary. Dan wanita yang dihadapannya itu adalah kekasihnya yang masih duduk dibangku SMA kelas 3 bernama Neisya. “tapi far .. kenapa ? kenapa kamu selalu berfikiran seperti itu ? kamu bilang takut nyakitin aku ? hah ? berarti kamu emang udah punya rencana kan buat nyakitin aku ? kamu jahaat far !” air mata perlahan turun membasahi pipi Neisya setelah kata-kata itu terucap.
***
                Sore itu Neisya hanya bisa menundukkan kepalanya menahan kesedihan dan menutup malu matanya yang kini mulai membengkak akibat air matanya yang sedari tadi tak bisa ia bendung. Motor yang dikendarai Fary terus berlaju cepat melewati kendaraan lain yang juga melintas di jalan menuju rumah Neisya. Saat ini Neisya memang sedang dibonceng Fary untuk diantarkan pulang karena Fary memang tak kuasa melihat wanita yang sangat ia cintai kini menangis terisak diahadapannya karena dirinya. “maafkan aku sya, gaada niatan aku buat bikin kamu kayak gini . Andai kamu tau apa yang terjadi sama aku sekarang”  Fary terus bergumam dalam hati menyesali sikapnya yang tanpa ia sadari sudah mnyakiti hati kekasihnya.
                Seakan-akan bisa membaca hati dan pikiran Fary Neisya pun menatap punggung Fary , menghapus air matanya dan mulai berkata “bisakah kamu jujur sama aku apa yang sebenarnya terjadi? Aku tau kamu orang baik-baik, ga mungkin tiba-tiba kamu kayak gini. Kamu sayang akukan Far?” belum sempat menjawab, Neisya berkata lagi “please .. jawab yang jujur Far” dan kali ini diiring isak tangis Neisya kembali. Teeeeek .. tiba-tiba motor berhenti disebuah taman depan komplek rumah Neisya. “ Kenapa lagi Far? Kenapa berhenti?”. “Ayo turun Sya, ada yang mau aku omongin kekamu tapi ga enak kalo dirumah kamu jadi disini aja yaa ?” kata Fary kepada Neisya yang masih duduk diatas motor berwarna putih tersebut. Neisya pun turun dan mengikuti Fary yang saat ini sudah duduk dibangku taman. “Sini ayo duduk disebelah aku, katanya mau denger aku jujur” pinta Fary sambil melontarkan senyum kepada Neisya yang berdiri di sampingnya.
                Fary menyerongkan tubuhnya menghadap Neisya untuk menatap mata sang pujaan hatinya itu tapi sayang Neisya masih menutupi wajahnya dengan tangan mungilnya. “Sya, liat aku sebentar Sya” ucap Fary sambil menggegam tangan Neisya berharap bisa membuka tutupan tangan diwajahnya. Berhasil ! kini tangan mungil Neisya berada dalam genggaman Fary namun Neisya masih tak mau mentap wajah Fary yang ada disampingnya kini. “Oke , Sya gapapa gapapa kalo kamu sekarang udah benci aku dan udah jijik ngeliat muka aku ! aku minta maaf atas kata-kata aku tadi dan tolong dengerin penjelasan aku karna tadi kamu yang minta aku but jujur kan ?” ucap Fary yang perlahan melepaskan genggaman tangannya pada Neisya.
                “Stop Far, stop ! aku ga benci kamu ! karna sampe detik inipun aku masih sayang kamu ..” Neisya kini berani menatap wajah Fary. “Baiklah, kamu mau ngomong apa tadi? Aku siap aku siap mendengarkannya” lanjut Neisya. “Tapi Sya .. kamu janji yaa ? setelah kamu ngomong ini kamu jangan benci sama aku ?”. “Hmmmmm … “ wajah Neisya bertambah bingung dan hatinya pun terus menebak-nebak dan bertanya apa yang akan Fary katakan padanya. “Iyaaa Far” jawab Neisya singkat. “Huuuuuuuuh .. baiklah aku akan mulai. Kamu taukan aku sayang banget ama kamu?” Tanya Fary kepada Neisya dan Neisya hanya menganggukan kepalanya dan cepat-cepat menyimak Fary kembali. “Kamu juga ingetkan aku pernah bilang gaada yang bisa memisahkan kita?” lanjut Fary kembali bertanya kepada Neisya. “Iya Far iya .. terus kenapa? Ayoo cerita “ bujuk Neisya yang tak sabar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi.
                “ Huuuuuuhh ..” Fary mengehela nafas untuk yang kedua kalinya. “Aku .. aku .. aku bingung Sya ..” air mata Fary mulai berlinang dan kini ia tetunduk malu dihadapan Neisya. “Fary sayang, kamu gapapa kan yang?” Tanya Neisya panic, sepertinya masalahnya terlalu runyam sampai Fary pun cowo yang selama ini ia kenal kuat tak kuasa menjatuhkan air mata dihadapan kekasinya itu. “Aku gapapa Sya, aku cuma takut cerita ini bikin kamu sedih. Aku gamau ngeliat kamu nangis lagi Sya..” ucap Fary sambil menghapus air matanya dan memegang lembut pipi Neisya. “Aku janji aku gaakan nangis dihadapan kamu lagi Far, aku janji ..” mendengar ucapan Neisya pun Fary langsung tersenyum, memang hanya Neisya lah yang bisa membuat air mata Fary menjadi senyum manis dibibirnya selama ia tinggal di Jakarta seorang diri.
                “ Maafin aku Sya, sekali lagi maaf aku ngelakuin ini semua bukan karna aku ga sayang sama kamu tapi terlebih karnaaa …… “ kata kata Fary terhenti unutk kesekian kalinya. “Yaa tapi kenapa Far?” Tanya Neisya dengan mimic menebak nebak. “Tapi maaf ibu ku tak merestui tentang hubungan kita ini, aku bingung Sya aku bingung harus gimana karna kalian adalah dua sosok wanita yang sama-sama aku cintai” ucap Fary sambil memegangi pipi Neisya yang sudah berlinang air mata. Seketika itu juga air matanya tak terbendung lagi, Neisya terus menangis terisak, dia seperti baru mendengar petir menyambar dirinya dengan guncangan yang begitu hebat, sepatah kata pun tak sanggup lagi ia ucapkan. Fary yang saat ini memeluk dirinya dengan erat sangat mengerti akan keadaan kekasihnya itu dia pun menuntun Neisya untuk bangkit dari duduknya dan segera mengantarkannya pulang.
***
“Ya Allah cobaan apa lagi yang kau berikan kepadaku, kuatkan lah aku menghadapinya yaa Robb. Aku mencintainya, dan aku  juga tidak mau jika harus membuatnya melawan orang tuanya demi aku .. Yaa Robb jika kita memang harus berpisah secepat ini tolong kuatkan hati ini menerimanya. Jauhkan rasa sakit yang akan kuterima nanti. Aamiin ..”
                Lantunan doa itu selalu iya ucapkan diakhir sholatnya dengan airmata yang berlinang di pipinya. Neisya memang sangat menyayangi Farry tapi dia sadar akan keadaan yang sekarang dimana restu dari ibunda Farry tak iya dapat.
                Ini hanya berbicara tentang suku. Suku yang berbeda diantara kami tidak bias menyatu, tidak bias menjadi indah dan tidak bias berakhir disebuah manisnya perbedaan. Entah wejangan apa yang ada disuku nya sehingga ibu Farry sangat kekeh tak mengizinkan aku dan anak lelakinya itu bersatu. Tapi aku percaya, perkataan orang tua selalu ada benarnya.
                Suara adelle menyanyikan lagu “Someone like you” terdengar dari ponsel Neisya.  Suara itu adalah nada dering panggilan telpon, yang ternyata panggilan masuk dari Farry.
                “Hallo Assalammualaikum” salam Neisya sambil menaruh ponsel di telinga kirinya.
                “Waalaikumsalam” ucap lelaki yang disayanginya di ujung sebrang telpon. Lalu Farry kembali berkata “ Kamu gapapa kan Sya? Maafin kata-kata aku tadi ya? Jangan sedih lagi kamunya ya, aku sayaang kamu Sya..”
                Neisya menarik nafas menenangkan diri sembari menghilangkan suara seraknya yang abis menangis. “ Iya Far, aku gapapa kok. Iya aku juga”
                “Juga apa Sya?” Tanya Farry heran.
                “Juga sayang kamu” jawab Neisya singkat.
                “Kamu udah gamau bilang lengkap lagi kalo kamu sayang aku? Kenapa sesingkat itu kamu ngomongnya? Jangan tinggalin aku Sya, aku masih butuh kamu, aku sayang kamu. Kamu lupain ya kata-kata aku siang tadi” ucap Farry dengan nada sedih dan kecewa.
                “ Hmm .. haruskah kita tetap jalani semua ini Far? Sedangkan ibu mu tak merestui hubungan ini” Tanya Neisya.
                “Kamu masih sayang aku kan? Aku yakin kamu bias menaklukan hati ibu ku, lagian ibu juga kan belum liat kamu, ibu hanya menilai dari mayoritas suku mu saja.  Kalo ibu udah liat ibu juga pasti tau bagaimana kamu, baiknya  kamu dan beliau pasti merestui kita.” Kata Farry hamper tanpa jeda.
                “Kamu yakin? Lalu kapan aku akan bertemu dengan beliau?”
                “Secepatnya, yang jelas kalau ibu ku ke Jakarta”
                “Hmm.. oke atur aja deh sama kamunya” Neisya masih menjawab seadanya.
                “I .. iya” ucap Farry sedih. “Kamu udah dong jangan malah ngejutekin aku gitu, masih sayang aku kan ya? Kamu harus yakin kamu bisa. Ibuku pasti setuju kalo udah ketemu kamu”
                “ Iyaa Farry, yaudah kamu udah solat?”
                “Belum Sya, aku baru sampe rumah”
                “Yasudah sana solat dulu ya, aku mau beres-beres”
                “Oke deh sayangku, jangan cemberut lagi ya sayang. Wassalamualaikum”
                “Waalaikumsalam”
Percakapan mereka pu terputus, Neisya menaruh ponsel nya di meja belajar dan menjatuhkan badannya kekasur smabil termenung dan terus mengucap, berkata-kata dan bertanya-tanya dalam hatinya. “Maafkan aku Far, maaf aku sudah bersikap jutek seperti ini ke kamu. Aku gamau, aku gamau kalo perasaan ini nantinya malah semakin besar kekamu. Aku takut jika perasaan ini semakin besar dan nyatanya ibumu tetap tak merestui kita?”  Airmata Neisya kembali membasahi pipinya, dan tanpa sengaja karena lelahnya ia pun tertidur pulas sore itu.
***
Dua bulan kemudian ..
                “Sayang aku udah di Jakarta” pesan singkat itu Farry kirimkan kepada Neisya yang saat itu sedang merayakan hari raya idul fithri.
                Neisya yang menerima pesan singkat dari kekasihnya itu terkejut, karena seharusnya Farry bilang ia baru akan pulang seminggu lagi. Hari Raya Idul Fhitri ini Farry memang pulang kekampungnya karena tak mungkin juga jika ia harus merayakannya di Jakarta sendirian tanpa sanak keluarga. Sebelum berangkat Farry memang izin ke Neisya dan memberitau nya bahwa ia akan dua minggu berada disana. Tapi baru seminggu pergi Farry malah mengabarkan bahwa dirinya sudah di Jakarta.
                *sms*
“Loh? Kok cepet? Bukannya seminggu lagi kamu baru pulang yaa?” Neisya membalas pesan singkat itu dan mengirimnya ke Farry.
                “Hehe kamu ga seneng kalo aku pulang lebih cepet? Kamu dimana? Aku boleh kerumahmu sekarang ga? Ada oleh-oleh nih buat ibu bapak mu”
                “Ih .. bukan gitu Cuma heran aja. Kenapa ngabarinnya pas udah ampe Jakarta? Kan aku kaget jadinya hehe. Aku dirumah kok sayang, kamu mau kesini? Mending kamu istirahat dulu aja deh kan baru nyampe kamunya”
                “Kan surprise yang. Hmm .. iyasih aku cape banget, yaudah aku istirahat dulu ya. Nanti aku kerumahmu sore atau malam”
                “Oke sayang, selamat istirahat”
***
                “Assalammualaikum” ucap Farry sambil mengetuk pintu rumah Neisya sore itu.
                “Waalaikumsalam, eh nak Farry udah balik ke Jakarta?” Tanya ibunya Neisya yang saat itu membukakan pintu.
                “Iya bu,ohiya ini ada sedikit oleh-oleh bu” kata Farry sambil menyodorkan dua plastic besar berisi makanan khas daerahnya tersebut.
                “Yaampun ngerepotin aja sih kamu itu, masuk dulu sini duduk biar ibu panggilin Neisya nya dulu yaa” kata ibu Neisya seraya mempersilahkannya untuk duduk.
                Tak lama kemudian Neisya turun dari lantai dua kamarnya dalam keadaan rapi dan membawa task arena memang sebelumnya mereka berdua sudah janji untuk pergi jalan-jalan keluar melepaskan kangen diantaranya.
                “Aku punya sesuatu loh buat kamu” kata Farry kepada wanita pujaannya itu.
                “Ohya? Apa?” kata Neisya menyimpulkan senyum manisnya.
                “Kamu tutup mata aja dulu” pinta Farry
                “Harus?” Tanya Neisya heran
                “Iyadong harus biar surprise” Kata Farry sambil menutup mata Neisya dengan tangan  kirinya. Neisya pun berusaha menyingkirkan  tangan Farry yang menutup matanya tapi apa daya Farry terus menutup mata Neisya dengan tangannya.
                “Nih buat kamu” kata Farry sambil melepaskan tutupan tangannya diamatanya.
                Neisya senyum-senyum gembira melihat pemberian Farry saat itu, sambil iya berkata “Mawar putih?” lalu Neisya mendekatkan bunga itu ke hidungnya untuk mencium aromanya.
                “ Iyaa, mawar putih untuk kamu dan hanya untuk kamu. Happy Annive sayaaang” ucap Farry sambil menatap Neisya yang saat itu masih memegangi mawarnya sambil sesekali mencium kelopaknya.
                “Happy Annive too sayang, makasih buat bunganya. Aku sukaaa bangeeeeet” kata Neisya sambil tangan sebelahnya menggenggam tangan Farry.
                “Iya sayang, aku tau kok kamu suka mawar putih itu kan kamu pernah bilang kalau kamu lebih suka mawar yang warnanya putih. Maafin aku yaa beberapa bulan yang lalu malah beliinnya mawar merah”
                “Aaaa .. kamu manis banget. Gapapa sayang gapapa, thanks juga buat mawar merah beberapa bulan yang lalu”
                “Heheee .. yaudah yuk kita berangkat sekarang” ajak Farry
                “Ayuk deh, tapi aku mau bawa mawar ini ya?”
                “Iyadeh seterah kamu aja, yang penting kita seneng-seneng yaa hari ini. Ga boleh ada yang cemberut-cemberut lagi. Okee?”
                “Okesip sayang” kata Neisya sambil tersenyum bahagia.
                Setelah Farry berpamitan meminta izin  ke ibu Neisya pun, mereka berdua langsung pergi meninggalkan kediaman Neisya. Sepanjang jalan Neisya terus memegangi mawar putihnya itu, kadang ia tutupi dengan tangannya saat angin kencang karena takut bungan akan ikut terbang terbawa angin.
                Betapa bahagianya Neisya saat itu. Ia sangat bersyukur karena Allah mengirimkan lelaki baik dan bertanggung jawab seperti Farry, ditambah laki-laki ini sangat romantic dan suka membuat kejutan-kejutan tanpa sepengetahuannya. Dan saat itu Neisya jadi semangat mempertahankan hubungannya. Ia akan berusaha menaklukan hati ibunda Farry dan ia yakin ia pasti bisa.
***
                “Kenapa kamu ga cerita ke aku Far?” Tanya Neisya sambil sesekali ia terisak menahan tangisnya.
                “Maaf Sya, hari itu aku ga mau bikin kamu sedih ditambah itu hari jadian kita. Maaf..” kata Farry sambil menunduk.
                “Aku sayang kamu Far, tapi aku ga mau kamu jadi anak durhaka dan ngelawan ibu mu kayak gini” kata Neisya dengan suara agak keras.
                “Aku tau Sya, aku pun ga bermaksud ngelawan ibu. Aku cuma ingin mempertahankan kamu.  Aku ga suka cara ibu untuk menjodohkan aku padahal ia tau kalau aku punya kamu.” Suara Farry ikut terisak menahan tangisnya.
                “Tapi ga gini caranya Far. Kamu bilangnya ke aku kamu mau ngasih surprise dengan cara pulang ke Jakarta lebih awal tapi nyatanya? Kamu itu kabur kan? Kamu ninggalin ibu kamu gitu aja Cuma karena hal ini?” airmata Neisya mulai membasahi pipinya.
Sakit memang rasanya ketika tau bahwa lelaki yang disayanginya yang ingin dia perjuangkannya untuk mendapat restu tapi nyatanya restu untuknya sudah benar-benar ditutup oleh ibunda Farry dengan kenyataannya bahwa Farry akan dijodohkan oleh ibunya dengan wanita yang ada dikampungnya.
“Aku sayang kamu, aku ninggalin ibu dan cepet balik ke Jakarta juga karena aku ga setuju sama keputusan ibu. Ibu ku terlalu egois Sya, aku Cuma pengen dia ngerti aku sekali ini aja dengan cara menerima wanita yang jadi pilihan aku. Aku sudah besar Sya, aku berhak memilih wanita yang akan mendampingi aku nanti” jelas Farry
“Tapi kamu ga boleh gitu, itu ibu kamu. Ada kalanya kamu harus denger kata-kata beliau. Perkataan orang tua itu selalu ada baiknya untuk kamu nanti. Mungkin aku memang bukan untuk kamu Far” kata Neisya sambil mengelap air mata yang ada di pipinya.
***
Seminggu .. sebulan .. dua bulan .. dan akhirnya …
                Kejadian beberapa bulan itu memang sempat agak terlupakan dan tidak menjadi beban diantara mereka berdua. Mereka menjalani lagi hubungannya seperti biasa walau sekarang pertengkaran lebih sering muncul ditambah sikap Farry yang sekarang lebih memprotect Neisya.
                Seiring berjalannya waktu tak kuasa airmata Neisya kadang berlinang mengingat kejadian itu, mengingat bahwa dirinya tak mendapat restudari ibu kekasihnya. Miris saat ia mengingat kenapa Farry bisa mendapatkankasih sayang dari ibunya sedangkan ibunda Farry rasanya menggagap Neisya pun tidak ada. Rasa Neisya untuk Farry semakin berkurang, ia terlalu lelah menghadapinya. Sampai suatu saat ia berkenalan dengan lelaki lain tanpa sepengetahuan Farry. Mungkin hanya untuk sekedar melupakan apa yang terjadi dihubungannya.
                Perkenalannya dengan laki-laki it uterus berlanjut walau hanya sekedar curhat. Kebetulan lelaki ini satu suku dengan Farry, jadi Neisya bebas bertanya-tanya kenapa ada peraturan seperti itu di suku mereka? Dan laki-laki itu menjelaskan dengan kata-kata yang menjaga perasaan Neisya bahwa dari dulu suku mereka memang ada larangan untuk menikah dengan suku lain terutama suku yang seperti Neisya miliki ini.
                Dari situ Neisya mulai menjaga jarak dengan Farry, ia perlahan ingin melepaskan rasa sayangnya karena ia tau perasaan ini akan menjadi sampah untuknya dan hanya akan menyakiti keduanya. Dia berharap Farry juga akan melakukan hal yang sama dengan dirinya. Membuang rasa sayang untuknya, menjauhi dirinya, meninggalkan dirinya dan Neisya pun berharap Farry mengucapkan kata putus kepadanya.
                Perubahan Neisya yang demikian drastis membuat Farry penasaran dan ingin mencari taunya. Sampai suatu ketika Farry membuka ponsel Neisya dan melihat isi pesan di ponsel wanitanya itu dari laki-laki lain. Farry memang tak suka kalau Neisya berhubungan dengan lelaki lain selain dirinya dan sahabatnya sehingga saat itu Farry marah besar terhadap Neisya.
                Melihat kemarahan Farry yang begitu besar kepadanya, dia sangat berharap Farry akan meninggalkannya. Dia sangat berharap besar agar Farry membencinya walaupun ia tau itu akan menjadi sakit yang teramat dalam unutknya. Tapi dugaan Neisya salah, Faryy memang marah tapi melihat Neisya yang semakin menjauhinya, Farry justru terus menerus menanyakan pada Neisya bahkan memohon agar Neisya menjelaskannya.
                “Aku masih amat sangat menyayangimu Far, tapi apa daya? Aku ga akan mungkin bisa terus kuat dalam keadaan seperti ini. Sekuat apapun aku bertahan, sekuat apapun aku sayang dan akan terus sayang sama kamu. Kita gaakan pernah bisa bersatu.. perbedaan ini .. ya perbedaan ini tidak akan pernah bisa menjadi indah. Aku dan kamu tidak akan bisa menjadi kita pada akhirnya nanti ..”
Kata-kata itu bergema dalam hati Neisya yang saat itu berusaha keras melawan rasa sayangnya kepada Farry yang ada dihadapannya. Dengan airmata yang membasahi pipinya, dengan kebohongan ia berkata bahwaia tidak lagi mencintai Farry, dan akhirnya mereka pun berpisah. Berpisah karena perbedaan, perbedaan yang tak bisa menjadi indah diakhirnya ..
Warna warni pelangi mungkin indah dilihat mata, perbedaan warnanya memberi arti dan kesan sendiri ditempatnya. Namun jika warna warna itu digabungkan menjadi satu apakah masih akan tetap terlihat keindahannya? Jawabannya, tergantung dari sisi mana kita melihat keindahan itu ..

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru