28 June 2013

kamu belum tau rasanya menjadi aku

purnama indah mengintip dari gulitanya malam kemarin. purnama itu, membuat aku merinding kesakitan. bukan tubuhku, tapi jeritan batinku yang kian lama merontakan namamu. kian lama kian menggerogoti relung jiwaku. aku mungkin yang terlalu lama menyikapi, kau hanyalah bualan senja kemarin yang sudah tertelan mentari. aku dengan segala upayaku menopang kaki, untuk berdiri. aku sudah jatuh sejak lama dan kau penyebabnya.

untuk apa aku mempertahankan rasa aneh ini selama bertahun-tahun? kau tak pernah menggubris kesakitanku, apalagi penantianku. kau datang dan pergi sesukamu, menyematkan pelangi lalu memberikan badai setelahnya, begitu berulang-ulang. dan dengan keseringan, aku memaafkan dan terus menunggu kepulanganmu.
aku, menuai luka hari demi hari, melihatmu dengan mudah berganti hati. sukma kalbu suci yang selalu kau ceritakan padaku tempo dulu, apa seperti itu? kau yang mengajariku tentang ketulusan tapi malah kau yang tak terbiasa pada ucapanmu. dengan mentah kau ucapkan, aku tak berarti, kau pergi lalu menarikku kembali. untuk berapa lama lagi kau akan seperti ini?

pernahkah sedikit saja di pikiranmu merasakan menjadi aku?
aku yang rela menghabiskan waktu untuk menunggu kepulanganmu, menggenggam seluruh harapan bahwa kau akan menyematkan jemarimu di sela-sela jemari kecilku, aku yang terus berusaha menjadi lebih baik untukmu, aku yang terbiasa kau buang, aku yang selalu bergegas menghampirimu ketika tak ada satupun manusia yang ingin mendengarkan jeritanmu, aku. aku yang selalu ikhlas kau tinggalkan setiap saat.
adakah batinmu bisa bertahan lebih lama seperti ini? jangan kau pikir menunggu itu tidak sakit. seperti dua mata pisau yang siap menusuk ubun-ubunmu kapanpun ia ingin. dan aku? bertahan karena besarnya cinta itu.
 
jika, kau berfikir aku terlalu berlebihan biar ku katakan satu hal padamu, 'kau tak akan pernah merasakannya sebelum itu terjadi pada hidupmu'. 

aku mengerti kebodohan itu semakin menyelimuti, aku tak pernah meminta rasa ini berlama-lama menetap, hanya saja kecintaanku terlalu mengharapkan sosokmu mengisi labirin kosong yang telah lama usang. bukan aku tak berniat pergi, tapi hatiku terus memanggilmu, hatiku terus meminta untuk mendampingi sosokmu yang sudah jauh melupakan rumahnya semula. ada yang salah dengan jalanku? 
apa kau tau dalam heningnya malam aku menjeritkan namamu dalam isakan tangis? isakan tangis yang tak pernah kau hapus walau kau kerap kali melihatnya jatuh berlinang saat tanganmu melepas jemariku? meraung kesakitan sendiri, lalu menyadari kau tak lagi peduli.

seandainya waktu bisa membuatmu menyadari, akulah selama ini gadis yang tetap utuh mencintaimu, akankah kau kembali berpaling padaku lagi?
seandainya waktu bisa membuatmu tersadar, betapa sulitnya aku mencintaimu, karena kamu belum tau rasanya menjadi aku yang mencintaimu tanpa dendam.
 
 
 
follow my twitter @itijonas or visit my blog annisaistiqa.blogspot.com
 
 
write by Annisa Istiqa Suwondo

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru