10 November 2013

Yang Tak Lagi Kumiliki


Suatu ketika dan tanpa sengaja aku melintasi sebuah jalan. Tiba-tiba aku berhenti. Kulihat sepasang mata yang sangat kukenali beradu dengan mata yang lain dihadapannya. Mereka seakan berbicara melalui tatapan. Saat itu juga aku merasa hatiku sedang dicabik-cabik dengan sebilah pisau tajam.  “Ah, mustahil rasanya aku bisa memilikinya lagi. Mustahil juga aku bisa mendengar lagi suara yang menenangkanku itu.” terbesit didalam hatiku tentang ketidak mungkinan itu.
 Aku masih tetap berada diantara mereka berdua. Tentu saja tanpa sepengetahuan mereka. Seketika ada sesuatu yang mengalir diwajahku. Tentu saja bersumber dari mata. Oh, iya itu air mataku yang menetes tanpa kuinginkan. Mungkin saja itu bentuk dari rasa sakit yang tak bisa aku ucapkan. Selanjutnya, aku masih tetap disitu. Tak sedikitpun aku merubah posisiku dari semula. Kulihat mata yang dulu pernah menatapku sehangat mungkin, kini berubah. Bahkan didepanku saat ini dia tengah menatap mata gadis lain, sepertimana dia menatapku dulu. Haruskah aku mengejutkan mereka? Memberi tahu mereka bahwa aku sedari tadi menyaksikan kebahagiaan mereka dengan penuh ketegaran. Memaksa kaki  ku untuk tetap kuat berdiri menyaksikan semua yang mereka lakukan.
Sungguh diluar perkiraan. Aku kira setelah mengenalnya, lalu berpacaran dan jika akhirnya kami harus putus aku bisa mencari yang lebih baik dari dirinya. Ternyata setelah kami sempat berbahagia dan berbagi kasih sayang dalam waktu yang terbilang sangat singkat, kami putus. Tapi tidak seperti yang aku kira. Setelah kami berpisah. Aku merasakan ada sebagian dari diriku yang hilang. Aku merasa hatiku tak utuh. Bahkan otakku selalu saja tak bisa berfikir positif. Dan hari hari berikutnya kulewati penuh dengan air mata.
Terkadang aku bertanya didalam hatiku. “apa yang spesial dari laki laki itu? tampankah ? kurasa tak juga. Lalu kenapa aku menyayanginya? Kenapa aku tak bisa menemukan penggantinya? Bukankah banyak laki laki yang jauh lebih tampan yang menginginkan aku jadi pacarnya.”
Kutemui jawabannya. Ternyata aku tak butuh wajah yang tampan. Aku hanya butuh sosok yang sederhana yang selalu ada saat suka maupun dukaku. Apakah dia begitu?
sejauh aku mengenalnya, dia selalu menolongku disaat aku susah, bahkan memberikan solusi yang benar dan tepat. Dia bersedia memberikan pundaknya untukku ketika aku sangat rapuh. Dia baik. Sangat baik. Dia menyeka air mataku dengan tangan lembutnya ketika aku menangis. Dia menenangkan aku. Dan suara lembut serta hangat yang keluar dari mulutnya membuatku sangat nyaman berada disampingnya. sungguh aku benar benar menyayangi dia.
Tapi penyesalan memang datang diakhir. Semua tak bisa lagi terulang seperti dulu. Keegoisanku yang tak pernah bisa aku ubah membuat semuanya berantakan bahkan hancur dan tak bisa tersusun sebagaimana semula.
Kini, dia telah mencari kebahagiaan yang baru. Tentu saja bukan denganku. Tapi dengan gadis yang saat ini berada dengannya. Gadis yang saat ini dia rangkul. Memainkan rambut gadis itu dan mereka terlihat sangat berbahagia. Namun, entah kenapa aku berkhayal. Aku melihat diriku yang tengah bercanda dan tertawa dengan laki laki yang kusayangi itu. Tapi ketika aku tersadar ,itu hanya khayalan sekaligus harapan yang tak bisa kuraih. Dan aait itu, ternyata mataku sudah tak bisa lagi dikendalikan. Airnya tak bisa dihentiakan. Mengalir deras kesakitan itu.

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru