17 December 2013

Negeri Cokelat dalam Dunia ‘Maya’ - Cut Falah NR.



    Negeri Cokelat dalam Dunia ‘Maya

“Brakkk!!”, aku pun berlari memasuki kamar, meninggalkan Kak Riyan.

“Angeline... biar kakak jelaskan, buka pintunya, Lin....”., panggil kakakku, berlari menghampiri pintu kamarku. Ia tetap terus memintaku membukakan pintu kamar untuknya. Namun sayang, perkataan itu malah akan semakin membuat deras air matakku. Sudah kukunci, percuma saja karena ia takkan pernah bisa masuk kecuali bila ia mendobraknya. Sungguh tega, ia tega. Rasanya aku sudah terlampau sakit kini, dan sudah tidak dapat lagi kutahan. Tanpa kesadaran dari siapa pun, kali ini sepertinya aku akan melanggar janjiku lagi. Janji yang bahkan terucap dari diriku sendiri untuk tidak lagi pergi ke negeri Maya, meninggalkan Papah, Mamah, dan semua hal di dalam dunia nyataku. “Biar.. biarkanlah...”, fikirku. Sudah tidak ada lagi yang peduli kali ini. Aku pun pergi tepat ke bawah kolong tempat tidurku. Kubuka karpet tebal yang memang sengaja kugunakan khusus untuk menutupi dunia yang penuh cahaya itu. Kubuka karpet itu, dan benarrr.... cahaya itu kembali merambat terang... begitu terang..... seolah semakin menghipnotisku untuk kembali masuk ke dalam sana.., namun sebelum aku pergi.. kuberfikir sejenak.

“Bye-bye Buii....”, ucapku semakin berlumuran air mata, kala aku menatap tikus putihku, Buii yang  selau aku rawat sejak ia masih bayi. Buii pun yang sejak tadinya hanya terdiam, tiba-tiba kini ia malah berlari kencang diatas roda khsusus hewan yang berada di dalam kandangnya. Matanya mengarah kepadaku, “Kamu kenapa sayang...??, sedih juga ya? .... kamu sayang padaku ya Buii...? Ya, aku juga begitu sayang padamu.....” ucapku, sebelum meninggalkan Buii. Buiiku yang gendut..., gendut sekali. Makanlah sebanyak-banyaknya ya... Bermainlah terus di atas roda yang kuberikan di dalam kandangmu itu, Buii ku sayang..., “Aku sayang padamu, selamanya....”, ucapku yang kemudian loncat ke dalam lubang besar yang pastinya akan langsung menghubungkanku ke dalam Negeri Maya itu. Dan, entah sampai kapan.

ѻ⃰Ѻ⃰ѻ

“Brukk!”,

“Aww....”, erangku yang kesakitan karena terjatuh begitu keras di atas bukit hijau yang penuh dengan cokelat itu. “Ih... iww!!”, kesalku karena semua saus cokelat itu menempel pada sepatu sekolah dan rok abu-abuku, semuanya jadi lengket. Bodohnya aku, kalau tahu begini, kenapa tadi tidak di sempatkan saja aku untuk berganti baju sebentar? Nanti kalau ditanya Mamah, bagaimana? Hmm. Ya sudahlah.. terpaksa, harus membeli seragam dan sepatu yang baru lagi nanti. Yaah, itu berarti terkuras habis lagi deh seluruh uang jajanku... Huh!

“Prita...”, panggilku kepada seorang wanita cantik mengenakan gaun cokelat. Ia adalah seorang salah satu dari sekian banyak peri cokelat yang berada di sini. Mereka cantik-cantik, cantiik sekali. Semua peri mengenakan gaun, ada yang berwarna cokelat tua, atau bahkan sampai cokelat muda. Semua peri di sini adalah wanita, dan entah mengapa di balik kecantikan mereka semua, mereka tidak terlalu banyak berbicara, atau setidaknya hanya untuk sekedar membagi kisah mereka. Jujur saja, kadang pun aku penasaran, di dunia yang terbilang sungguh sangat ‘ajaib’ ini, siapakan yang menciptakannya? Apakah Tuhan, atau siapa? Dan mengapa hanya aku saja yang mengetahui semua ini? Apakan ini adalah anugerah yang memang sengaja Tuhan ciptakan untukku? Dan... sebenarnya, siapa itu Maya? Dari mana asalnya? Apakah dulunya ia juga sama sepertiku? Lalu bagaimana juga dengan Prita, dan seluruh peri-peri cokelat lain yang berada di sini?? Semua begitu membuatku heran, sering kali. Apakah memang benar ada dunia seperti ini? Atau apakah aku memang sedang bermimpi??? Ah, tidak! Jelas-jelas ini semua bukanlah mimpi, aku benar-benar berada di sini... dan kurasakan pula lah segala apa pun yang dapat terlihat semuanya oleh mata kepalaku sendiri, di sini. Semua memang benar-benar nyata, meskipun kutahu... entah apa atau bagaimana pun itu sejarahnya.. Bahkan untuk seorang seperti aku pun yang sudah beberapa kali bermain ke sini saja, harus menanyakan hal yang jelas dan sesingkat mungkin, baru mereka mau menjawabnya. Jadi, jangan terlalu banyak berharap untuk orang sepertiku tau mengenai hal apa pun yang sebenarnya.. yang jelas... ini lah dunia dongeng yang sungguh nyata, dunia ‘kebohongan’, yang kurasakan... penuh dengan kebenaran.

“Maya di mana ya?”, tanyaku.

“Seperti biasa, di istana”, jawabnya singkat.

“Hmm. Bisakah kau antar aku? Maaf.. tapi aku memang belum hafal letak istana Maya itu”, pintaku. Tanpa jwaban, Prita pun menghantarku berjalan menuju istana tempat Maya berada. Sepanjang jalan, seperti biasa kami melewati begitu banyak sekali kebun-kebun yang tebuat dari cokelat. Cokelat di sini pun begitu enak dan manis, cocok untuk siapa saja yang memang sedang membutuhkan hiburan dan penyejuk hati untuknya. Tuhan pun sungguh baik sekali, ia menciptakan negeri yang begitu indah ini, khusus untuk para hambanya yang jatuh cinta dan ‘mabuk’ akan cokelat. Dan Maya pun selalu menghadiahkanku banyaak sekali cokelat setiap kali aku bermain ke dunia ini. Hahah seolah ia memang sangat tahu dan mengerti saja, bahwa orang sepertiku memang akan sangat ‘lemah’ dengan sesuatu yang berembel-embelkan kata cokelat di belakangnya, termasuk segala sawah berisikan ladang-ladang cokelat, kebun cokelat yang di mana seluruha akar, daun, ranting, bahkan sampai buah-buahannya pun berbahan dasar cokelat. Rasanya ingin sekali aku mengambil semua cokelat yang berada di sini, dan kubawakan pulang, memakannya berdua bersama dengan Buii. Hmmm..., yummy!

Sepanjang selama kami berjalan, Prita hanya terdiam, dengan tatapan tertunduk, lesu, tanpa gairah. Entah mengapa, namun aku begitu tidak tega melihatnya.

“Hmm, Pritta, boleh aku tanya sesuatu?”, tanyaku.

“Silahkan”, jawabnya singkat.

“Mengapa kamu selalu terlihat sedih Prita, bahkan setiap kali aku selalu bermain ke sini? Seperti yang selalu Maya lakukan padaku, tidak pernakah ia memberikanmu cokelat? Atau, tidak pernakah kamu memakan cokelat yang bahkan setiap harinya selalu kau buat dengan tangan-tangan indahmu itu sendiri, Prita? Kau begitu cantuk Prita, sayang sekali jika kau dan seluruh peri cokelat di negeri ini selalu besedih hati dan tidak pernah tersenyum.. aku ingin sekali melihat semua peri tersenyum, terutama kau Prita. Sama seperti cokelat-cokelat lezat yang selama ini kalian buat, selalu bisa membuatku tersenyum... atau apakah memang seperti ini wajah kalian, selalu bersedih? Atau apakah di balik semua wajah sedih kalian ini sebenarnya tersimpan sesuatu kebahagiaan yang bahkan sangat bisa dirasakan hanya dengan menghirup aroma cokelat-cokelat itu setiap harinya ? Ada apa Prita? Diantara semua peri, kamulah yang kurasa paling baik dan paling dekat denganku, coba tolong ceritakan.. ada apa?”, tanyaku panjang. Aku telah menceritakan segala rasa penasaranku kali ini, benar-benar suatu pertanyaan yang ingin sekali aku ungkapkan kebenarnnya, ada apa di balik semua ini.

“Hmm. Pertanyaanmu sungguh panjang, Angeline. Sekarang kita sudah sampai, suatu saat juga pasti kau tahu. Sampai jumpa.”, ucapnya pergi meninggalkanku. Seperti yang telah kuduga.. tidak ada satu pun peri yang akan mau menceritakannya, sungguh aneh. Prita sudah pergi, padahal aku ingin sekali mengucapkan rasa terimakasihku padanya, setidaknya karena telah menghantarkanku selama ini.

Kini sampailah aku di depan pintu gerbang besar yang begitu indah, istana Maya. Maya si wanita cantik itu, pasti dengan senyumnya yang anggun, sedang duduk di atas ranjangnya, sibuk menyicipi satu demi satu hasil cokelat yang telah diolah para peri hari ini. Ratu dari seluruh peri cokelat, yang disebut sebagai bidadari ini, selalu mengenakan kain sutra putih yang indah bak gaun satin lembut membalut tubuh sempurnanya. Ia selalu tersenyum, ramah kepadaku. Namun dari kejauhan.. kudengar suara amarah seorang wanita, yang mirip sekali dengan suara Maya. Maya yang selama ini selalu kukenal tidak pernah marah, apakah itu dia? Dan suara apa itu... seperti juga ada suara teriakan dan tangisan seorang wanita lain di dalamnya. Siapakah itu? Dan aku pun langsung masuk ke dalam istana yang megah dan indah, namu tidak pernah dijaga oleh siapa pun itu. “Kreekkkk”, kubuka pintu besar nan berat itu. Namun, tak lama kemudian, sesorang menarik tanganku.    

“Aww”, refleksku, sakit. Prita? Ternyata ia belum pergi. Ia yang telah menarik tanganku, dan membawaku ke dalam kebun gandum cokelat tinggi tepat di samping pintu masuk istana.

“Lina, cepat kamu keluar dari sini...”, ucapnya tib-tiba, aneh.

“Ada apa??”, tanyaku bingung.

Tak lama kemudian, terdengar suara dengaungan dari dalam istana. “Siapa itu ?”, ucap Maya. Ia pasti mendengar suaraku saat sedang membuka pintu tadi.

 “Sudah, ayo cepat pergi dari sini!!”, ucapnya menggenggam tanganku, ia menarikku untuk berlari mengikutinya. “Maya itu jahat! Percayalah, ia jahat!! Ia yang telah mengubahku dan semua peri menjadi seperti ini, dulunya kami sama sepertimu, kami semua manusia yang memilikki kakak, adik, orang tua, keluarga, dan orang-orang yang berarti sama sepertimu! Namun kini, kami diubah dengan cara yang juga sama sepertimu, membuat seolah bahwa ia adalah wanita terbaik dengan memberikan solusi atas semua masalah kami! Membuat kami nyaman dengan segala kesenangan dan cokelat-cokelat yang diberikannya, sehingga kami merasa ingin melupakan segala bentuk masalah dari keluarga kami dan tidak ingin keluar dari tempat ini?! Kini, kami diubah menjadi peri-peri cokelat yang diperdaya, dan setiap cokelat yang kau makan dan membuatmu merasa bahwa dengan memakan cokelat-cokelat itu akan membuatmu lebih bahagia, itu adalah efek dari kebahagiaan kami yang diambil untuk semakin membuat nikmat cokelt-cokelat itu!!! Itu yang menyebabkan hilangnya seluruh kebahagiaan kami selama ini, semua sudah habis, diserap hanya untuk menipu remaja yang lugu spertimu!!!! Semua hanya untuk mengelabuimu!! Dulu kami juga diubah dengan cara yang sama seperti saat kau mendengar suara teriakan itu tadi yang berasal dari dalam istana!! Semua sudah jelas sekarang, kurang apa lagi??? Sadarlah Angeline, sadarlah!!!!! Pergilah dari sini, sebelum kau menjadi salah satu diantara kami!! Dan jangan luoa, bawalah ini...”, ucapnya panjang, memberikan padaku seekor mahluk yang sudah sangat kukenal.

“Buii?? Kau dapat dari mana Buii? Mengapa ia ada di sini?!”, sahutku kaget, saat mengambil Buii dari tangan Prita, aku pun menghentikan langkahku.

“Ia mengikutimu ke lubang tempat kau masuk, tadi. Dan itulah yang hingga akhirnya membuatku sadar, bahwa aku harus membantumu.. aku harus membuat kau mengetahui segalanya dan membawamu keluar dari sini. Aku juga sepertimu Angeline.. kumiliki semua hal yang berharaga, termasuk hewan peliharaanku dulu di dunia nyata.. sangat kusayangi ia. Namun kini...., semua sirna. Sekarang kau pergi, secepatnya lah pergi dari sini.. jangan buang waktumu lagi, aku tidak ingin itu terulang padamu...”, ucapnya sedih.

Tanpa membuang waktuku lagi, aku pun berlari melewati segala kebebasan alam yang indah, yang terasa begitu panjang dan melelahkan untukku melewati terburu-buru akibat berlari. Kebebasan ini terasa begitu semu, setelah aku mengetahui semua kebenarannya secara tiba-tiba. Tak kusangka, bahwa cokelat-cokelat lezat yang kunikmati dan dapat mebuatku merasa sangat bahagia itu adalah hasil dari pencurian   sari-sari kebahagiaan para peri yang dulunya juga bahagia sepertiku. Kini semua sirna, menyebabkan tampaknya seluruh kesenduan di raut wajah mereka, yang setiap harinya aku temui. Ohh.. aku tidak tega membayangkannya, membayangkan mereka semua hidup di bawah bayang-bayang menyiksa mengenai kasih sayang dan rasa hampa akan kerinduan terhadap keluarga mereka... jika aku berada di posisinya, maka terpuruklah segala kekuatan hidupku... itu pasti! Namun, aku pun tertegun untuk segera menghentikan langkahku. “Prita. Lalu bagaimana dengan kau ?”, tanyaku. “Tidak mungkin jika aku harus pergi sendiri, dan meninggalkan kalian semua yang terus akan menderita di sini?!”, ucapku, lirih membayangkannya.

“Tidak Angeline, pergilah. Ini semua akan berakhir.. pulanglah, lupakan semua yang pernah kau alami di negeri cokelat ini.. lupakan apa pun yang pernah kau rasakan, yang terjadi pada dunia Maya ini. lupakanlah... lalu tertidurlah di dalam lelapmu, jadikan semua ini hanya dalam bayangmu. Maka dengan itu, itulah caranya yang bisa kami lakukan untuk membuat semua ini hanya sebatas mimpi, dan tidak sedikit pun menjadi suatu kenyataan yang pernah kau hadapi.. maka dengan itu, hidupmu, hidup kami semua yang berada di sini, maka kita semua akan bebas, Angeline.. percayalah, maka pergilah sekarang, lakukanlah... namun satu hal, jangan ada yang tertinggal, apa pun itu bagian dari pada dirimu. Meski satu bagian pun. Karena saat ini, kaulah satunya yang sedang diincar Maya, dan hanya engkaulah kuncinya”, ucapnya. Mendengar itu..., sungguh, aku menjadi yakin dengan apa yang harus aku lakukan! Ya! Aku harus lakukan itu, untuk mengembalikkan semua kembali nyata! Untuk kebebasan kita semua!

“Maafkan aku Prita.. aku harus meninggalkanmu untuk sementara, demi kebebasan kita semua!... terimakasih banyak atas semua yang telah kau lakukan tulus untukku hari ini, terimakasih....”, ucapku membuka lubang tempatku masuk, yang selama ini menjadi satu-satunya perantara antara negeri cokelat dan dunia nyata. “Prita.., satu hal sebelum aku pergi. Tahukah kamu, mengapa kakak lelakiku sering mengusir siapa pun lelaki pria yang menjadi kekasihku?”, tanyaku, sebagai satu-satunya pertanyaan terakhir atas segala masalah yang kuhadapi selama ini.

Dan prita pun hanya tersenyum. “Angeline ku sayang, percayalah... kakakmu itu hanya khawatir padamu... ia sungguh sangat mencintaimu, dan tidak rela jika ada seorang lelaki mana pun yang menyakitimu. Percayalah, hanya itu....”, ucapnya. Sungguh... itu adalah tatapan terakhirku sebelum aku meninggalkannya, meninggalkan semua kenangan mengenai negeri aneh ini.

“Aku menyayangimu Prita. Sekali lagi, t e r i m a k a s i h  banyak.... terima kasih karena telah kau tunjukan kepadaku mengenai hal yang sebenarnya, bahwa betapa jahatnya Maya selama ini... jaga dirimu baik-baik....”, ucapku memeluknya, lalu aku pun segera naik ke atas lubang itu, yang terhubungkan langsung ke dalam kamarku. Kini aku sudah berada di kolong tempat tidurku, melihat ke arah bawah, tempat di mana Prita masih menyaksikan peetemuan kami pada saat-saat terakhir ini. Lubang ini akan tertutup sekitar 2 menit lagi, namun pada menit yang terakhir, Maya pun datang menghampiri Prita, dan memukul tubuh langsing prita dengan sayap bidadari yang begitu besar miliknya.  “Hei bidadari jahat!! Apa-apaan kau!!! Kau itu lebih pantas disebut sebagai setan! Kumohon hentikan!!!!! Kasihani Prita!”, teriakku lantang mencacinya. Kini aku pun tidak peduli dengan apa yang ingin ia lakukan terhadapku, yang kutahu kini adalah, bahwa tidak semua bidadari itu baik, ternyata ada juga bidadari yang jahat, bahkan sangat jahat melebihi kejahatan setan. Dan Maya itu lah contoh suksesnya!

   Mendengar jeritan Prita, dan suara amarahku karena tidak tahan melihat Prita yang telah disakiti, Buii yang sejak tadi berada di sampingku, kini berlari ke arah bawah lubang itu mengahampiri Maya, karena tanapa kusangaka, ternyata Buii pun tahu bahwa Maya memang sangat tidak menyukai tikus, bahkan untuk tikus elite seperti Buii. Melihat Buii, Maya pun berlari ketakutan, dan mengepakan sayapnya pergi jauh sekali. “Bagus Buii! Bagus”, teriak Prita.

“Buii tidak Buii, Buii ayo kembali ke sini!! Prita sebentar lagi lubang akan tertutup! Bantu aku memanggil Buii! Buii, Buii!!!!!!!”, teriakku panik, saat ternyata, benar dugaanku, lubang pun tertutup, dan Buii pun lenyap kini di dalam negeri cokelat karena keasikan melindungi Prita dan mengejar Maya.

Melihat itu sungguh aku menangis... bagaimana ini??? lantas aku  harus bagaimana?!! Buiiku tertinggal di dunia yang takkan pernah bisa lagi aku jangkau, Prita yang tadi telah menguncinya demi untuk melindungiku... lalu aku harus bagaimana??!!! Bagaimana caraku menghubungi Prita untuk mengatakan padanya agar membantuku menangkap dan mengembalikan Buii padaku??! Karena ia tidak tahu bahwa Buii adalah segalanya untukku, aku sungguh sangat menyayanginya, dan ia adalah separuh dari nyawaku! Bahgaimana ini???? lalu aku pun berfikir jernih. Hmm... aku pun langsung teringat dengan kata-kata Prita, ‘namun satu hal, jangan ada yang tertinggal, apa pun itu bagian dari pada dirimu. Meski satu bagian pun’, semoga saja, yang tadi Prita maksudkan dari perkataannya adalah bagian dari dalam tubuhku, dan bukan yang lain. Karena, jika yang ia maksudkan adalah bagian dari tubuhku... maka aku akan selamat. Pasti kita semua akan selamat. Aku dapat tetap melupakan semua kejadian ini, dan segera pergi tidur untuk menjadikan semua itu hanya sebatas mimpi, agar aku dapat membebaskan kembali semuanya seperti dulu sediakala, termasuk juga dengan Buii. Karena saat ini tubuhku kembali lengkap  seutuhnya, tanpa sedikit pun ada yang tertinggal. Namun jika yang dimaksudkan adalah selain itu....., e, ehm. Jangan sampai! Semoga saja dugaanku benar, semoga saja!!

Dan aku pun langsung meloncat ke atas tempat tidur. Tidak peduli dengan kotornya seluruh tubuhku termasuk juga dengan seragam beserta sepatunya yang masih kukenakan. Yang terpenting hanyalah satu, aku cepat terbangun dari tidurku, dan mengembalikan semua kenyataan ini kembali ke dalam mimpi! Hanya itu. dan tanpa kusadari, ternyata secepat itu pun tubuhku mulai tertidur.......

ѻ⃰Ѻ⃰ѻ

Aku merasakan ada cairan hangat yang membasahi keningku. “Angeline....”, ucap kakak menciumku. Mamah yang juga sejak tadinya berada di sisiku,  memberiku kompresan air hangat di keningku, ia pun ikut memelukku.

“Kamu sudah sadar sayang...? kamu tertidur lama sekali, badanmu panas, dan kamu demam....”, ucap Mama begitu tersenyum menatapku.

Aku pun langsung meraba baju yang saat ini tengah kukenakan, “Jika saja masih baju seragam.... owhhhh! Syukurlah.........!! Ternyata pakaianku sudah berganti menjadi pakaian tidur, itu berarti semua sudah kembali dalam dunia nyata...!!!! Tak perlu memastikan lagi, karena semua hanyalah mimpi.... dan kini Prita dan seluruh peri pun pasti sudah kembali ke dunia asal mereka, dunia nyata. Mereka pasti baik-baik saja, dan Buii pun juga pasti sudah berada di kamar ini dan pasti ia sedang asyik-asyiknya tidur di penghujung kamar sana.... Syukurlah......!!”, ucapku dalam hati.

“Hmm, Angeline... maafkan kakak ya...”, ucap kak Riyan memelukku. Mendengar itu, aku pun juga langsung memeluknya. Kini aku tahu, apa alasan yang menyebabkan ia melakukan itu semua terhadapku selama ini, karena alasan ‘kasih sayang’. Dan mengetahui itu, aku pun sungguh bahagia.

“Angeline sayang... sekarang giliran Mamah, boleh ya?”, ucap  Mamah tiba-tiba, memotong kemesraanku bersama kakak. “Mamah mau tanya satu hal sama kamu sayang... tapi mohon kamu jangan marah, dan tolong kamu jawab yang jujur yah. Yang pertama, begini.... sayang, kenapa seragam kamu menjadi cokelat-cokelat begini ya...? Hmm.. dan yang kedua, ehm, taukah kamu Buii ada di mana sayang  ? Karena sejak tadi.. ia tidak ada di kandangnya......”, tanya Mamah, yang tiba-tiba menunjukkanku pada sesutau barang yang sangat aku ketahui.









Apa???? Buii?!! Dimana ia??! Dan seragam itu??!! mengapa masih penuh dengan cokelat begini????!!! Jadi? Selama ini???? Peri-peri belum kembali ke dunia nyata???!!! Lalu... DI MANA BUII KU??????!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

TIDAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAKKKKKKKKKKK!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!”, teriakku.



≈Sekian≈





Created by: Cut Falah N.R.
Twitter: @CutFalahNR
Facebook: Cut Falah N.R.
--> cutfalah.blogspot.com <--

    

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru