“maaf , aku gabisa terus kayak gini . aku takut gabisa
bahagiain kamu aku takut nyakitin kamu” katakata itu terlontar begitu cepat
dari mulut laki laki berusia 19 tahun ini dihadapan wanita berjilbab yang terus
menunduk tak berani menatap. Laki-laki tersebut ialah seorang mahasiswa
semester 1 disebuah Universitas ternama di Jakarta sebut saja namanya Fary. Dan wanita yang dihadapannya itu
adalah kekasihnya yang masih duduk dibangku SMA kelas 3 bernama Neisya. “tapi far .. kenapa ? kenapa kamu
selalu berfikiran seperti itu ? kamu bilang takut nyakitin aku ? hah ? berarti
kamu emang udah punya rencana kan buat nyakitin aku ? kamu jahaat far !” air
mata perlahan turun membasahi pipi Neisya setelah kata-kata itu terucap.
***
Sore
itu Neisya hanya bisa menundukkan kepalanya menahan kesedihan dan menutup malu
matanya yang kini mulai membengkak akibat air matanya yang sedari tadi tak bisa
ia bendung. Motor yang dikendarai Fary terus berlaju cepat melewati kendaraan
lain yang juga melintas di jalan menuju rumah Neisya. Saat ini Neisya memang
sedang dibonceng Fary untuk diantarkan pulang karena Fary memang tak kuasa
melihat wanita yang sangat ia cintai kini menangis terisak diahadapannya karena
dirinya. “maafkan aku sya, gaada niatan
aku buat bikin kamu kayak gini . Andai kamu tau apa yang terjadi sama aku
sekarang” Fary terus bergumam dalam
hati menyesali sikapnya yang tanpa ia sadari sudah mnyakiti hati kekasihnya.
Seakan-akan
bisa membaca hati dan pikiran Fary Neisya pun menatap punggung Fary , menghapus
air matanya dan mulai berkata “bisakah kamu jujur sama aku apa yang sebenarnya
terjadi? Aku tau kamu orang baik-baik, ga mungkin tiba-tiba kamu kayak gini.
Kamu sayang akukan Far?” belum sempat menjawab, Neisya berkata lagi “please ..
jawab yang jujur Far” dan kali ini diiring isak tangis Neisya kembali. Teeeeek
.. tiba-tiba motor berhenti disebuah taman depan komplek rumah Neisya. “ Kenapa
lagi Far? Kenapa berhenti?”. “Ayo turun Sya, ada yang mau aku omongin kekamu
tapi ga enak kalo dirumah kamu jadi disini aja yaa ?” kata Fary kepada Neisya
yang masih duduk diatas motor berwarna putih tersebut. Neisya pun turun dan
mengikuti Fary yang saat ini sudah duduk dibangku taman. “Sini ayo duduk
disebelah aku, katanya mau denger aku jujur” pinta Fary sambil melontarkan
senyum kepada Neisya yang berdiri di sampingnya.
Fary
menyerongkan tubuhnya menghadap Neisya untuk menatap mata sang pujaan hatinya
itu tapi sayang Neisya masih menutupi wajahnya dengan tangan mungilnya. “Sya,
liat aku sebentar Sya” ucap Fary sambil menggegam tangan Neisya berharap bisa
membuka tutupan tangan diwajahnya. Berhasil ! kini tangan mungil Neisya berada
dalam genggaman Fary namun Neisya masih tak mau mentap wajah Fary yang ada
disampingnya kini. “Oke , Sya gapapa gapapa kalo kamu sekarang udah benci aku
dan udah jijik ngeliat muka aku ! aku minta maaf atas kata-kata aku tadi dan
tolong dengerin penjelasan aku karna tadi kamu yang minta aku but jujur kan ?”
ucap Fary yang perlahan melepaskan genggaman tangannya pada Neisya.
“Stop
Far, stop ! aku ga benci kamu ! karna sampe detik inipun aku masih sayang kamu
..” Neisya kini berani menatap wajah Fary. “Baiklah, kamu mau ngomong apa tadi?
Aku siap aku siap mendengarkannya” lanjut Neisya. “Tapi Sya .. kamu janji yaa ?
setelah kamu ngomong ini kamu jangan benci sama aku ?”. “Hmmmmm … “ wajah
Neisya bertambah bingung dan hatinya pun terus menebak-nebak dan bertanya apa
yang akan Fary katakan padanya. “Iyaaa Far” jawab Neisya singkat. “Huuuuuuuuh
.. baiklah aku akan mulai. Kamu taukan aku sayang banget ama kamu?” Tanya Fary
kepada Neisya dan Neisya hanya menganggukan kepalanya dan cepat-cepat menyimak
Fary kembali. “Kamu juga ingetkan aku pernah bilang gaada yang bisa memisahkan
kita?” lanjut Fary kembali bertanya kepada Neisya. “Iya Far iya .. terus
kenapa? Ayoo cerita “ bujuk Neisya yang tak sabar mengetahui apa yang
sebenarnya terjadi.
“
Huuuuuuhh ..” Fary mengehela nafas untuk yang kedua kalinya. “Aku .. aku .. aku
bingung Sya ..” air mata Fary mulai berlinang dan kini ia tetunduk malu dihadapan
Neisya. “Fary sayang, kamu gapapa kan yang?” Tanya Neisya panic, sepertinya
masalahnya terlalu runyam sampai Fary pun cowo yang selama ini ia kenal kuat
tak kuasa menjatuhkan air mata dihadapan kekasinya itu. “Aku gapapa Sya, aku
cuma takut cerita ini bikin kamu sedih. Aku gamau ngeliat kamu nangis lagi
Sya..” ucap Fary sambil menghapus air matanya dan memegang lembut pipi Neisya.
“Aku janji aku gaakan nangis dihadapan kamu lagi Far, aku janji ..” mendengar
ucapan Neisya pun Fary langsung tersenyum, memang hanya Neisya lah yang bisa
membuat air mata Fary menjadi senyum manis dibibirnya selama ia tinggal di
Jakarta seorang diri.
“ Maafin
aku Sya, sekali lagi maaf aku ngelakuin ini semua bukan karna aku ga sayang
sama kamu tapi terlebih karnaaa …… “ kata kata Fary terhenti unutk kesekian
kalinya. “Yaa tapi kenapa Far?” Tanya Neisya dengan mimic menebak nebak. “Tapi
maaf ibu ku tak merestui tentang hubungan kita ini, aku bingung Sya aku bingung
harus gimana karna kalian adalah dua sosok wanita yang sama-sama aku cintai”
ucap Fary sambil memegangi pipi Neisya yang sudah berlinang air mata. Seketika
itu juga air matanya tak terbendung lagi, Neisya terus menangis terisak, dia
seperti baru mendengar petir menyambar dirinya dengan guncangan yang begitu
hebat, sepatah kata pun tak sanggup lagi ia ucapkan. Fary yang saat ini memeluk
dirinya dengan erat sangat mengerti akan keadaan kekasihnya itu dia pun
menuntun Neisya untuk bangkit dari duduknya dan segera mengantarkannya pulang.
***
“Ya Allah cobaan apa
lagi yang kau berikan kepadaku, kuatkan lah aku menghadapinya yaa Robb. Aku
mencintainya, dan aku juga tidak mau
jika harus membuatnya melawan orang tuanya demi aku .. Yaa Robb jika kita
memang harus berpisah secepat ini tolong kuatkan hati ini menerimanya. Jauhkan
rasa sakit yang akan kuterima nanti. Aamiin ..”
Lantunan
doa itu selalu iya ucapkan diakhir sholatnya dengan airmata yang berlinang di
pipinya. Neisya memang sangat menyayangi Farry tapi dia sadar akan keadaan yang
sekarang dimana restu dari ibunda Farry tak iya dapat.
Ini
hanya berbicara tentang suku. Suku yang berbeda diantara kami tidak bias
menyatu, tidak bias menjadi indah dan tidak bias berakhir disebuah manisnya
perbedaan. Entah wejangan apa yang ada disuku nya sehingga ibu Farry sangat
kekeh tak mengizinkan aku dan anak lelakinya itu bersatu. Tapi aku percaya,
perkataan orang tua selalu ada benarnya.
Suara
adelle menyanyikan lagu “Someone like
you” terdengar dari ponsel Neisya.
Suara itu adalah nada dering panggilan telpon, yang ternyata panggilan
masuk dari Farry.
“Hallo
Assalammualaikum” salam Neisya sambil menaruh ponsel di telinga kirinya.
“Waalaikumsalam”
ucap lelaki yang disayanginya di ujung sebrang telpon. Lalu Farry kembali
berkata “ Kamu gapapa kan Sya? Maafin kata-kata aku tadi ya? Jangan sedih lagi
kamunya ya, aku sayaang kamu Sya..”
Neisya
menarik nafas menenangkan diri sembari menghilangkan suara seraknya yang abis
menangis. “ Iya Far, aku gapapa kok. Iya aku juga”
“Juga
apa Sya?” Tanya Farry heran.
“Juga
sayang kamu” jawab Neisya singkat.
“Kamu
udah gamau bilang lengkap lagi kalo kamu sayang aku? Kenapa sesingkat itu kamu
ngomongnya? Jangan tinggalin aku Sya, aku masih butuh kamu, aku sayang kamu.
Kamu lupain ya kata-kata aku siang tadi” ucap Farry dengan nada sedih dan kecewa.
“ Hmm
.. haruskah kita tetap jalani semua ini Far? Sedangkan ibu mu tak merestui
hubungan ini” Tanya Neisya.
“Kamu
masih sayang aku kan? Aku yakin kamu bias menaklukan hati ibu ku, lagian ibu
juga kan belum liat kamu, ibu hanya menilai dari mayoritas suku mu saja. Kalo ibu udah liat ibu juga pasti tau
bagaimana kamu, baiknya kamu dan beliau
pasti merestui kita.” Kata Farry hamper tanpa jeda.
“Kamu
yakin? Lalu kapan aku akan bertemu dengan beliau?”
“Secepatnya,
yang jelas kalau ibu ku ke Jakarta”
“Hmm..
oke atur aja deh sama kamunya” Neisya masih menjawab seadanya.
“I ..
iya” ucap Farry sedih. “Kamu udah dong jangan malah ngejutekin aku gitu, masih
sayang aku kan ya? Kamu harus yakin kamu bisa. Ibuku pasti setuju kalo udah
ketemu kamu”
“ Iyaa
Farry, yaudah kamu udah solat?”
“Belum
Sya, aku baru sampe rumah”
“Yasudah
sana solat dulu ya, aku mau beres-beres”
“Oke
deh sayangku, jangan cemberut lagi ya sayang. Wassalamualaikum”
“Waalaikumsalam”
Percakapan mereka pu terputus, Neisya menaruh ponsel nya di
meja belajar dan menjatuhkan badannya kekasur smabil termenung dan terus
mengucap, berkata-kata dan bertanya-tanya dalam hatinya. “Maafkan aku Far, maaf aku sudah bersikap jutek seperti ini ke kamu.
Aku gamau, aku gamau kalo perasaan ini nantinya malah semakin besar kekamu. Aku
takut jika perasaan ini semakin besar dan nyatanya ibumu tetap tak merestui
kita?” Airmata Neisya kembali
membasahi pipinya, dan tanpa sengaja karena lelahnya ia pun tertidur pulas sore
itu.
***
Dua bulan kemudian ..
“Sayang
aku udah di Jakarta” pesan singkat itu Farry kirimkan kepada Neisya yang saat
itu sedang merayakan hari raya idul fithri.
Neisya
yang menerima pesan singkat dari kekasihnya itu terkejut, karena seharusnya
Farry bilang ia baru akan pulang seminggu lagi. Hari Raya Idul Fhitri ini Farry
memang pulang kekampungnya karena tak mungkin juga jika ia harus merayakannya
di Jakarta sendirian tanpa sanak keluarga. Sebelum berangkat Farry memang izin
ke Neisya dan memberitau nya bahwa ia akan dua minggu berada disana. Tapi baru
seminggu pergi Farry malah mengabarkan bahwa dirinya sudah di Jakarta.
*sms*
“Loh? Kok cepet? Bukannya seminggu
lagi kamu baru pulang yaa?” Neisya membalas pesan singkat itu dan mengirimnya
ke Farry.
“Hehe
kamu ga seneng kalo aku pulang lebih cepet? Kamu dimana? Aku boleh kerumahmu
sekarang ga? Ada oleh-oleh nih buat ibu bapak mu”
“Ih ..
bukan gitu Cuma heran aja. Kenapa ngabarinnya pas udah ampe Jakarta? Kan aku
kaget jadinya hehe. Aku dirumah kok sayang, kamu mau kesini? Mending kamu
istirahat dulu aja deh kan baru nyampe kamunya”
“Kan
surprise yang. Hmm .. iyasih aku cape banget, yaudah aku istirahat dulu ya.
Nanti aku kerumahmu sore atau malam”
“Oke
sayang, selamat istirahat”
***
“Assalammualaikum”
ucap Farry sambil mengetuk pintu rumah Neisya sore itu.
“Waalaikumsalam,
eh nak Farry udah balik ke Jakarta?” Tanya ibunya Neisya yang saat itu
membukakan pintu.
“Iya
bu,ohiya ini ada sedikit oleh-oleh bu” kata Farry sambil menyodorkan dua
plastic besar berisi makanan khas daerahnya tersebut.
“Yaampun
ngerepotin aja sih kamu itu, masuk dulu sini duduk biar ibu panggilin Neisya
nya dulu yaa” kata ibu Neisya seraya mempersilahkannya untuk duduk.
Tak
lama kemudian Neisya turun dari lantai dua kamarnya dalam keadaan rapi dan
membawa task arena memang sebelumnya mereka berdua sudah janji untuk pergi
jalan-jalan keluar melepaskan kangen diantaranya.
“Aku
punya sesuatu loh buat kamu” kata Farry kepada wanita pujaannya itu.
“Ohya?
Apa?” kata Neisya menyimpulkan senyum manisnya.
“Kamu
tutup mata aja dulu” pinta Farry
“Harus?”
Tanya Neisya heran
“Iyadong
harus biar surprise” Kata Farry sambil menutup mata Neisya dengan tangan kirinya. Neisya pun berusaha
menyingkirkan tangan Farry yang menutup
matanya tapi apa daya Farry terus menutup mata Neisya dengan tangannya.
“Nih
buat kamu” kata Farry sambil melepaskan tutupan tangannya diamatanya.
Neisya
senyum-senyum gembira melihat pemberian Farry saat itu, sambil iya berkata
“Mawar putih?” lalu Neisya mendekatkan bunga itu ke hidungnya untuk mencium
aromanya.
“ Iyaa,
mawar putih untuk kamu dan hanya untuk kamu. Happy Annive sayaaang” ucap Farry
sambil menatap Neisya yang saat itu masih memegangi mawarnya sambil sesekali
mencium kelopaknya.
“Happy
Annive too sayang, makasih buat bunganya. Aku sukaaa bangeeeeet” kata Neisya
sambil tangan sebelahnya menggenggam tangan Farry.
“Iya
sayang, aku tau kok kamu suka mawar putih itu kan kamu pernah bilang kalau kamu
lebih suka mawar yang warnanya putih. Maafin aku yaa beberapa bulan yang lalu
malah beliinnya mawar merah”
“Aaaa
.. kamu manis banget. Gapapa sayang gapapa, thanks juga buat mawar merah
beberapa bulan yang lalu”
“Heheee
.. yaudah yuk kita berangkat sekarang” ajak Farry
“Ayuk deh,
tapi aku mau bawa mawar ini ya?”
“Iyadeh
seterah kamu aja, yang penting kita seneng-seneng yaa hari ini. Ga boleh ada
yang cemberut-cemberut lagi. Okee?”
“Okesip
sayang” kata Neisya sambil tersenyum bahagia.
Setelah
Farry berpamitan meminta izin ke ibu
Neisya pun, mereka berdua langsung pergi meninggalkan kediaman Neisya.
Sepanjang jalan Neisya terus memegangi mawar putihnya itu, kadang ia tutupi
dengan tangannya saat angin kencang karena takut bungan akan ikut terbang
terbawa angin.
Betapa
bahagianya Neisya saat itu. Ia sangat bersyukur karena Allah mengirimkan lelaki
baik dan bertanggung jawab seperti Farry, ditambah laki-laki ini sangat
romantic dan suka membuat kejutan-kejutan tanpa sepengetahuannya. Dan saat itu
Neisya jadi semangat mempertahankan hubungannya. Ia akan berusaha menaklukan
hati ibunda Farry dan ia yakin ia pasti bisa.
***
“Kenapa
kamu ga cerita ke aku Far?” Tanya Neisya sambil sesekali ia terisak menahan
tangisnya.
“Maaf
Sya, hari itu aku ga mau bikin kamu sedih ditambah itu hari jadian kita.
Maaf..” kata Farry sambil menunduk.
“Aku
sayang kamu Far, tapi aku ga mau kamu jadi anak durhaka dan ngelawan ibu mu
kayak gini” kata Neisya dengan suara agak keras.
“Aku
tau Sya, aku pun ga bermaksud ngelawan ibu. Aku cuma ingin mempertahankan
kamu. Aku ga suka cara ibu untuk
menjodohkan aku padahal ia tau kalau aku punya kamu.” Suara Farry ikut terisak
menahan tangisnya.
“Tapi
ga gini caranya Far. Kamu bilangnya ke aku kamu mau ngasih surprise dengan cara
pulang ke Jakarta lebih awal tapi nyatanya? Kamu itu kabur kan? Kamu ninggalin
ibu kamu gitu aja Cuma karena hal ini?” airmata Neisya mulai membasahi pipinya.
Sakit memang rasanya ketika tau
bahwa lelaki yang disayanginya yang ingin dia perjuangkannya untuk mendapat
restu tapi nyatanya restu untuknya sudah benar-benar ditutup oleh ibunda Farry
dengan kenyataannya bahwa Farry akan dijodohkan oleh ibunya dengan wanita yang
ada dikampungnya.
“Aku sayang kamu, aku ninggalin ibu
dan cepet balik ke Jakarta juga karena aku ga setuju sama keputusan ibu. Ibu ku
terlalu egois Sya, aku Cuma pengen dia ngerti aku sekali ini aja dengan cara
menerima wanita yang jadi pilihan aku. Aku sudah besar Sya, aku berhak memilih
wanita yang akan mendampingi aku nanti” jelas Farry
“Tapi kamu ga boleh gitu, itu ibu
kamu. Ada kalanya kamu harus denger kata-kata beliau. Perkataan orang tua itu
selalu ada baiknya untuk kamu nanti. Mungkin aku memang bukan untuk kamu Far”
kata Neisya sambil mengelap air mata yang ada di pipinya.
***
Seminggu
.. sebulan .. dua bulan .. dan akhirnya …
Kejadian
beberapa bulan itu memang sempat agak terlupakan dan tidak menjadi beban
diantara mereka berdua. Mereka menjalani lagi hubungannya seperti biasa walau
sekarang pertengkaran lebih sering muncul ditambah sikap Farry yang sekarang lebih
memprotect Neisya.
Seiring berjalannya waktu tak
kuasa airmata Neisya kadang berlinang mengingat kejadian itu, mengingat bahwa
dirinya tak mendapat restudari ibu kekasihnya. Miris saat ia mengingat kenapa
Farry bisa mendapatkankasih sayang dari ibunya sedangkan ibunda Farry rasanya
menggagap Neisya pun tidak ada. Rasa Neisya untuk Farry semakin berkurang, ia
terlalu lelah menghadapinya. Sampai suatu saat ia berkenalan dengan lelaki lain
tanpa sepengetahuan Farry. Mungkin hanya untuk sekedar melupakan apa yang
terjadi dihubungannya.
Perkenalannya dengan laki-laki
it uterus berlanjut walau hanya sekedar curhat. Kebetulan lelaki ini satu suku
dengan Farry, jadi Neisya bebas bertanya-tanya kenapa ada peraturan seperti itu
di suku mereka? Dan laki-laki itu menjelaskan dengan kata-kata yang menjaga
perasaan Neisya bahwa dari dulu suku mereka memang ada larangan untuk menikah
dengan suku lain terutama suku yang seperti Neisya miliki ini.
Dari situ Neisya mulai menjaga
jarak dengan Farry, ia perlahan ingin melepaskan rasa sayangnya karena ia tau
perasaan ini akan menjadi sampah untuknya dan hanya akan menyakiti keduanya.
Dia berharap Farry juga akan melakukan hal yang sama dengan dirinya. Membuang
rasa sayang untuknya, menjauhi dirinya, meninggalkan dirinya dan Neisya pun
berharap Farry mengucapkan kata putus kepadanya.
Perubahan Neisya yang demikian
drastis membuat Farry penasaran dan ingin mencari taunya. Sampai suatu ketika
Farry membuka ponsel Neisya dan melihat isi pesan di ponsel wanitanya itu dari
laki-laki lain. Farry memang tak suka kalau Neisya berhubungan dengan lelaki
lain selain dirinya dan sahabatnya sehingga saat itu Farry marah besar terhadap
Neisya.
Melihat kemarahan Farry yang
begitu besar kepadanya, dia sangat berharap Farry akan meninggalkannya. Dia
sangat berharap besar agar Farry membencinya walaupun ia tau itu akan menjadi
sakit yang teramat dalam unutknya. Tapi dugaan Neisya salah, Faryy memang marah
tapi melihat Neisya yang semakin menjauhinya, Farry justru terus menerus
menanyakan pada Neisya bahkan memohon agar Neisya menjelaskannya.
“Aku masih amat sangat menyayangimu Far, tapi apa daya? Aku ga akan
mungkin bisa terus kuat dalam keadaan seperti ini. Sekuat apapun aku bertahan,
sekuat apapun aku sayang dan akan terus sayang sama kamu. Kita gaakan pernah
bisa bersatu.. perbedaan ini .. ya perbedaan ini tidak akan pernah bisa menjadi
indah. Aku dan kamu tidak akan bisa menjadi kita pada akhirnya nanti ..”
Kata-kata itu
bergema dalam hati Neisya yang saat itu berusaha keras melawan rasa sayangnya
kepada Farry yang ada dihadapannya. Dengan airmata yang membasahi pipinya,
dengan kebohongan ia berkata bahwaia tidak lagi mencintai Farry, dan akhirnya
mereka pun berpisah. Berpisah karena perbedaan, perbedaan yang tak bisa menjadi
indah diakhirnya ..
Warna warni pelangi mungkin indah dilihat
mata, perbedaan warnanya memberi arti dan kesan sendiri ditempatnya. Namun jika
warna warna itu digabungkan menjadi satu apakah masih akan tetap terlihat
keindahannya? Jawabannya, tergantung dari sisi mana kita melihat keindahan itu
..