Langit biru, awan putih. berpadu
padan menciptakan suasana indah. segemericik suara angin terdengar,
hingga dedaunan kian melambai manja. siang ini aku kembali menulis
rangkaian paragraf untukmu. hingga menciptakan larik-larik yang sedari
tadi bergumpal di benakku.
apa kabar kau hari ini?
hari ini begitu cerah. suasana hatimu seperti hari ini kah?
siang ini, senandung burung yang berkicau, beramai-ramai dengan teriakan manusia-manusia yang lelah di sekitarku.
apakah
hari ini pelajaranmu menyenangkan? apa yang kau dapat hari ini?
masihkah kau mengatupkan kedua matamu sambil di alasi tas biru hitam
yang menjadi saksi juang mu? apakah itu nyaman?
siang
ini, hawa terasa begitu menyengat. pertahanan tubuhku tidak berniat
untuk terlalu bersemangat. hari ini hanya beberapa alunan lagu yang
dapat mewakili hasrat. seperti yang sudah kau tahu kebiasaanku jika
suasana seperti ini mulai hadir. pepohonan rindang menjadi tujuan utama
ku, dengan menggenggam buku wajib serta bolpoint yang selalu menemani
hari-hariku, ku bawa mereka dengan penuh imajinasi-imajinasi yang sudah
melimpah untuk segera di tuangkan.
kertas
putih bersih, kini sudah mulai berwarna. berwarna hitam seperti
kesukaanmu. setiap deduktif dan induktif yang kutulis kini bercerita
tentang sesosok anak manusia yang mengajarkan tentang cinta dan luka
kepada seorang gadis manja.tapi, gadis itu, kini sudah tak lagi berada
dalam jalurnya. kau tau kenapa? si sosok klasik itu sudah menghancurkan
setiap keping hatinya. aku merasa iba, melihat gadis itu kehilangan arah
mata anginnya, aku melihat gadis itu tersesat. apa yang harus dia
lakukan? apa kau tau sosok klasik itu malah melihat gadis manja itu
dengan berpangku tangan. tak bertindak apa-apa. dimana perasaan lelaki
itu?! itu yang ingin aku tanyakan padamu. logika ku buntu ketika melihat
gadis manja itu meneteskan titik-titik air hangat di kedua pipi bakpao
nya.
oh iya, ada lagi yang harus kau tau. ternyata sosok klasik itu hanya seorang pendusta! "sosok klasik itu hanya bermain-main dengan sekeping hati yang pernah patah"
begitulah yang pernah gadis itu ucapkan. dan lucunya, gadis manja itu
hanya tertawa ringan melihat drama yang tengah ia perankan. sudah
berulang kali aku tanyakan apa alasan dari semua senyumnya itu. ia hanya
selalu menjawab hal yang sama "aku tak terluka, aku hanya sakit"
jawaban yang berbeda dari fakta. aku saja bisa membaca dari matanya
yang hitam bulat itu, bahwa dia tidak hanya sekedar sakit. apa kau turut
prihatin dengan keadaannya?
di
bawah pohon rindang ini, angin kembali menggelitik pipiku dengan
lembutnya yang membuat ku semakin bersemangat ingin menuliskan kisah
gadis manja yang terluka itu. tanpa terasa kertas-kertas putihku sudah
tergoreskan tinta hitam yang terlihat seperti mengerjakan sebuah catatan
dan kini aku talah mrnjadikannya sebuah paragraf berlembar. abaikan
lagi sajak-sajak ku ini, kita kembali dengan gadis manja tadi.
menurutmu,
aku terlalu berlebihankah mendeskripsikan cerita gadis manja itu? tapi,
aku ingin bertanya sekali lagi padamu. apa kau sependapat denganku jika
sosok klasik itu benar-benar mempunyai karakter seperti Peter Pan dalam
dongeng anak-anak Tinker Bell? si Peter Pan yang terus menahan Tinker
Bell untuk tetap berada di sisinya, memberi hal-hal indah yang tanpa ia
sadari ia melukai Tinker Bell. memaksa Tinker Bell untuk tetap
bersamanya, sedangkan hatinya telah ia mantapkan untuk Wendy, gadis
harapannya. kau tau kisa itu bukan? seperti kisah yang sering ku
ceirtakan padamu. kisah yang membuatku tak pernah bosan untuk berulang
kali menontonnya. dan di sisi ini Tinker Bell tanpa sengaja di perankan
oleh gadis manja itu. dasar Peter Pan yang ababil! bocah! benarkan
logika ku tentang itu? menurut mu apa jalan yang terbaik untuk
membebaskan gadis manja itu dari jeratan sosok klasik yang terus menarik
ulur hati gadis manja itu? karena kau seorang lelaki mungkin kau bisa
memberi sedikit saran. jika kau sudah menemukan saran untuk itu, jangan
lupa beri tahu aku.
mungkin,
ini saja yang bisa aku ceritakan padamu untuk siang dengan langit biru
kali ini. akan ku tulis lagi beberapa pucuk surat di cuaca yang berbeda
dan dengan kisah-kisah lain yang akan ku temukan. langit biru hari ini,
mewakili setumpuk rindu yang kian lama membuncah tertahan untukmu.
semilir angin hari ini akan menyampaikannya padamu. ku tunggu balasan mu
untuk sepenggal rindu di kertas putih sekali lagi...
someone who miss you so much
:)
By: @itijonas