Di selembar fajar berembun.
Terjaga ketika adzan
berkumandang di Mushalla Nurul Fajri, berdiri, menunaikan kewajiban sebagai
seorang muslimah yang tahu diri, waktu pun bergulir tiada henti, kini sedang
mengukir sebuah simbol hati, inisial nama milik seseorang yang pergi, dan
lambang tak berhingga berkali-kali, kebiasaan jika tengah gundah dan tak cukup
berani, ungkapkan sebuah arti, yang melompat-lompat gusar dalam nurani, lalu
jemari hanya mampu menari, dikaca jendela kamar yang berembun ini, dikala pagi
belum menyapa jiwa yang masih sepi, bahkan kadang merasa tak berarti, tanpa
kamu disini, tak temani dia yang tak bisa jika tak terus menanti, dan faktanya
dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.
Di selembar fajar
berembun.
Berbekas hujan semalam
tadi, basah dan lembab di balik jendela yang baru dipasangi terali besi, dingin
menghampiri, merasuk dari kepala hingga ujung kaki, kembali ke kasur bermotif
bunga daisy, yang mekar di padang hijau tak berpenghuni, selimuti diri hingga dingin
tak terasa begitu menjangkiti, dibalik selimut berwarna merah muda dengan
hiasan Hello Kitty, mencoba menghangatkan hati yang menggigil diterjang rindu
yang tak jera menyerang hari demi hari, dan faktanya dia hanya seorang diri, di
selembar fajar berembun ini.
Di selembar fajar
berembun.
Menangkap bunyi dentang
jam dalam sunyi, menatap tanggal demi tanggal di kalender dalam hape yang belum
lama dibeli, menghela napas dengan segudang rasa iri, terhadap mereka yang bisa
bertemu setiap saat dengan dambaan hati, bermain kesana-kemari, mendengar getar
vokal si doi, menatap paras yang selalu membuat grogi, kala berhadapan atau
bicara dari hati ke hati, ah pasti amat senang sekali, jika bisa seperti itu
kini, andai itu tak sebatas mimpi, imajinasi, ilusi, fiksi, yang tak terpenuhi,
dan faktanya dia hanya seorang diri, di selembar fajar berembun ini.
Di selembar fajar
berembun.
Berdendang kecil
mengusir risau dihati, menanti mentari pagi yang kan segera mengusir sang fajar
pergi, dan pagi pun kembali, mengawali hari, meniupkan udara diantara telapak
tangan untuk ditempelkan di wajah yang mulai pucat pasi, fajar kali ini,
sungguh dingin sekali, ah, tapi tetap saja jadwal hari ini, harus dijalani
dengan semangat yang tinggi, dimulai dari Shalat Shubuh tadi, lalu sekitar 15
menit lagi, akan segera mandi, berpakaian rapi, sarapan bergizi, kemudian
ucapkan selamat datang pada sang pagi, senang bertemu kembali, dan satu yang
tak jua berubah hingga kini, yaitu faktanya dia masih saja seorang diri, di
selembar berembun fajar ini.
Di selembar fajar
berembun. SELESAI.
( by: @ladilacious )