Semua penyesalan ini tak bisa aku hadapi berulang-ulang.
Bahkan dari semua duri tajam yang menghakimi langkahku.
Mungkin perasaan mati berdiri sedang menimpa tubuhku yang ringkih tak berdaging ini.
Kekacauan hati apa lagi yang membuatku tak berdaya seperti ini?
Hay engkau!
Mengapa kau tuliskan kisah pilu terkotak-kotak seperti ini di lingkaran imaji ku.
Dan kau biarkan gerak nadi ku terputus-putus menikmati getir busuk di jalan pendek ku ini.
Apakah aku harus menunggu sang waktu menyelamatkan jari manisku ini?
Tapi itu hanya alibi semata yang sesaat mengindahkan pelangi di mata ku ini.
Semua yang kulakukan hanya percuma semata, perih semata, dan kebohongan semata.
Tidak pantas kisah seperti ini aku tulis di selembar memo kusam ini.
Yang pantas kucaci saat ini hanya WAKTU.
Karena dia tahu apa yang terjadi selanjutnya.
-@areufeelingfine-
-facebook.com/superend-