Kita bertemu dalam satu ruang, dulu, tidak ada apapun yang terjadi. Selintas, sepandang, seperlunya saja, meski diam-diam mencatat nama masing-masing dalam hati. Menjadikannya sebuah cerita sendiri dari onggokan kisah-kisah lain yang hadir dihidup kita masing-masing. Hingga pada suatu masa yang luput kita perhitungkan akibatnya, kedekatan itu terjadi. Cepat, seperti kilat, tanpa sadar aku telah mendekap dan didekapmu erat. Terlupa bagaimana rasa bernafas sebelum kamu membelengguku erat.
Hari ini kita hadapi pagi dengan cara yang berbeda seperti kemarin. Ditemani hampa dan tanya, "sedang apa kamu disana?" Berimaji tentang waktu dimana kita bisa saling menyapa diantara sinar mentari yang menerobos malam. Mengharap untuk masa ketika kembali mataku bisa menatapmu tanpa jemu, tanpa kenal jeda. Ya, hari bergulir membawamu menempati ruang yang berbeda denganku. Sepi? Tentu saja walau aku selalu berusaha tertawa, menikmati hidup yang tidak ada kamu, berusaha terlihat bahagia serta normal.
Sayang, aku tidak berada disampingmu. Tidak bisa menggenggam jemarimu hangat seperti kemarin. Tapi, sadarilah, kita selalu dekat dalam lekat, diantara ayat-ayat yang kuucap, aku mendekapmu hangat... erat.
Untuk kamu, ya kamu...