Telah ku tanggalkan semua kenangan itu semenjak kau memilih untuk berjalan
memunggungiku. Dengan begitu angkuhnya kau melangkah dan membiarkan aku
terbenam dalam setiap tetes air mata yang tak pernah ingin aku jatuhkan. Sementara aku dengan bodohnya terseok meratapi
penghianatan. Kau tergelak dalam tawa, dan dia terbahak dalam keberhasilannya,
sementara aku terbenam dalam kekalahan. Berkali – kali ku teriak dan ku maki
diriku sendiri ; Betapa bodohnya kau menangisi hingga kau tak mampu berdiri
hanya untuk seorang kekasih penghianat hati. seolah ribuan bintang pun ikut mengutuk kebodohanku itu. Aku kalah,.yah,, memang aku telah
kalah. Tapi setidaknya aku tak hidup bersama penghianat bertopengkan arjuna. Bertahun
– tahun kucoba balut kekalahan ini dengan ketegaran dan canda tawa tak
bermakna. Dan kau lihat, aku berhasil sekarang. Tapi kau memang tak pernah mengerti makna kata
setia. Setelah kau tinggalkan aku dan memilihnya, kini kau datang menghampiriku
dan mengungkapkan berjuta penyesalan. Simpan saja rasa bersalahmu itu. Karna aku
tak kan lagi tertipu dengan topeng arjuna yang pernah kau pergunakan saat denganku
dulu. Kau datang sebagai mesin waktu yang ingin membawaku ke masa kita
dulu. Tapi maaf, kaca masa laluku telah
ku tanggalkan dijembatan kayu itu. Lalu kau datang sebagai pujangga yang ingin
menyesatkanku dalam segitiga cinta itu.
Tapi maaf tlah ku benamkan ia dalam lahar dingin yang telah terlalu lama mengendap di hatiku. Dan kau masih tetap tak menyerah. Lalu kita berdiri dan saling berhadapan masih seperti dulu, dibawah ribuan bintang yang mengkerlipkan malam. Kau teriakkan kepadaku ; kau dan dia sama pentingnya untukku, dia jantung bagiku sedang engkau adalah hatiku. Aku lebih memilih dia karna dengannya lah aku bisa hidup bersama hatiku. Tapi apakah kau tau seperti apa rasanya ada dalam keadaan seperti ini ? aku tersiksa. Aku seperti mayat hidup bersamanya. Terus berjalan tanpa merasa memiliki hati untuk ku pulang. Tapi maaf sayang, dengan lantang kini ku ucapkan ; Itu semua pilihanmu, dan sejak kau memilihnya, sejak itu lah tak ada lagi kita. Dan kau lihat, kali ini bukan kau yang melangkah dengan angkuh dan berjalan memunggungiku. Tapi aku.
Tapi maaf tlah ku benamkan ia dalam lahar dingin yang telah terlalu lama mengendap di hatiku. Dan kau masih tetap tak menyerah. Lalu kita berdiri dan saling berhadapan masih seperti dulu, dibawah ribuan bintang yang mengkerlipkan malam. Kau teriakkan kepadaku ; kau dan dia sama pentingnya untukku, dia jantung bagiku sedang engkau adalah hatiku. Aku lebih memilih dia karna dengannya lah aku bisa hidup bersama hatiku. Tapi apakah kau tau seperti apa rasanya ada dalam keadaan seperti ini ? aku tersiksa. Aku seperti mayat hidup bersamanya. Terus berjalan tanpa merasa memiliki hati untuk ku pulang. Tapi maaf sayang, dengan lantang kini ku ucapkan ; Itu semua pilihanmu, dan sejak kau memilihnya, sejak itu lah tak ada lagi kita. Dan kau lihat, kali ini bukan kau yang melangkah dengan angkuh dan berjalan memunggungiku. Tapi aku.