18 June 2014

Kau dan Kertas yang Menguning


 

Kau dan Kertas yang Menguning
Oleh : Airly Latifah
Airlylatifah.blogspot.com
@AirlyLatifah


Tak pernah aku berhayal setinggi itu untuk bertemu lagi denganmu. Aku terlalu takut akan anganku sendiri. Takut mimpi ini bermetafora menjadi racun. Menusukku dengan sembilu. Memilukan sekali.
 Tapi, Tuhanku punya permainannya sendiri, maha baiknya dia, kita dipertemukan dengan caranya, dengan baju sekolah penuh keringat, dengan wajah kusam, dengan sepatu berdebu, dan tubuh lelah dihantam perjalanan jauh. Dengan gaya semiris itu aku dipertemukan denganmu. Tak ada semangat hidup dan Passion Fashion sedikitpun, gaya anak sekolah yang acuh. Pertemuan yang dirancang beberapa menit setelah teman dekatku bertanya tentangmu. Bertanya apakah kau akan datang, yang kujawab dengan kata “Tidak”. Aku jelas sekaali telah salah.
Skenario Tuhan yang cantik sekali, bukan?
Jauh dalam lubuk hatiku, aku masih mencintaimu. Kau berhasil mengetuk ulang pintu hati yang pernah kututup rapat. Tergembok baja yang dilapisi rantai besi. Pandai sekali kau bermain kunci, kau sangat pandai memainkan hatiku. Menitip ricik-ricik rindu yang datang di langit-langit gedung IPTEK Unhas, Senin, 16 Juni 2014, sepandai hujan mengetuk dedaunan, ranting, batang, hingga atap gedung (kita).  Aku hanya ingin membuang gelisah ini. Menulis ini ditengah mata yang tak kunjung merasa kantuk, yang sepertinya karenamu. Membuang resah akan hadirmu yang menghilang beberapa tahun terakhir.
 Bukankah kau yang dulu selalu hadir dengan tawa berbehel, senyuman manis, dan berkacamata. Kau yang selalu pandai memainkan degup jantungku. Cantik memainkan perasaan. Perasaanku.
Langit begitu cerah pagi itu, secerah tatapanmu. Tak ada sapaan, tak ada teguran, hanya secangkir rasa canggung, dan secerek malu, entah pemanisnya kau buat dari apa, rasa benci, rindu, marah, sayang. Aku tak akan pernah tahu. Tak akan. Sesenti pun. Sesapan yang pahit.
Di sini, di balik riuh penonton mataku setia menyorotmu, mencuri tiap gerak gerikmu, tapi kau hanya tertunduk, tak sepeduli dan sesemangat aku yang bertemu denganmu. Kau lelaki berkemeja hitam yang pandai tiada dua.
Betapa ingatnya aku tentang pesan-pesan yang selalu singgah dari esemes-mu "HND" kau ingat artinya? Have A Nice dream, bukan? Aku masih menyimpan puluhan pesan itu, pesan yang telah kubaca jutaan kali.
Ahhh, sadarkan aku, cerita ini tentang luka, tentangmu, yang hilang ditelan waktu. Di saat yang paling berbunga di hatiku. Kini, kau datang, mengetuknya lagi. Mengetuk pintu yang tertutup rapat. Pandai sekali kau bermain kunci. Jangan berikan aku harapan abu-abu itu.
Kau datang memekarkan bunga dengan segelas susu. Lalu esoknya? Segelas air pun tak kau bawa, bahkan ragamu tak pernah kau langkahkan mendekatiku. Tak ada pesan, tak ada panggilan, menghilang tenggelam di balik derasnya Rinai Rindu, yang telah kubelah berkali-kali.
Dan terus hilang berkali-kali pula.

Dibuat di bilik masa lalu
Ditulis dengan begitu nyata, kian sempurna menggelitik rindu

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru