Perempuan
itu tahu sang lelaki menyukainya
dan lelaki
itu pun tahu sang perempuan menyukainya.
Suatu
kali,
sang
lelaki mengetahui ada pihak lain
yang ingin
memiliki sang wanita.
Sang
lelaki pun lantas membiarkan
—bahkan
mendorong—
pihak lain
itu untuk mendekati si perempuan.
Menurut
sang lelaki,
“Saya
rela kamu bersama dia..
Yang
penting kamu bahagia.
Ini
yang terbaik untuk kamu.”
Perempuan
bilang,
“Bodoh!
Darimana kamu tahu dia yang terbaik atau bukan?
Bagaimana
kamu bisa bilang aku akan bahagia dengan dia?
Yang
aku inginkan itu kamu!
Kamu
pikir aku barang,
yang bisa
kamu serahkan kepada pihak lain?
Sejak
awal kamu tahu perasaanku
dan aku
juga tahu perasaanmu.
Mengapa
kita tidak bersama saja?”
“Ini
demi kebahagiaan kamu..”
“Omong
kosong!
Kebahagiaan
bagian mana?
Aku
sakit,
Kamu
sakit,
Lalu
kamu harap aku berbahagia
dengan orang
yang jelas-jelas bukan orang yang ingin kubagi hati?
Jangan
jadi pengecut!
Kalau
kamu suka ya suka.
Mari
berjalan bersama.
Bukan
malah menjual aku
Pada pihak
Yang—kau bilang—terbaik
dan akan membahagiakanku.
Lagipula,
Biar aku yang menentukan
apa yang terbaik bagiku,
apa yang membahagiakanku,
dan dengan siapa aku ingin
wujudkan itu.”