'aku sudah mengerti hatimu dari awal, itu mengapa aku tak pernah ingin beranjak'
tak ada hal lain yang bisa ku lakukan untuk mu selain tabiat maaf yang selalu kutorehkan. memaafkanmu dengan begitu mudah, mengikhlaskan segalanya dengan perlahan. aku menantimu, dengan jutaan harapan, ku rapalkan doa pada Tuhan, mengingat namamu saja aku sudah menggila, apalagi kau sempat kembali disisiku.
kita sudah lama terpisah. lama sekali. dan dalam jangka waktu yang begitu lama, kau masih saja memegang janjimu untuk terus mencintaiku. iya, terus menyimpan namaku. begitupun aku, terpisah tapi hati ku tak berkisah dengan yang lain. aku menunggu, dan menyimpanmu seperti ucapanmu kala itu 'sabar, aku pasti pulang'.
inikah kebodohan cinta, atau seperti inikah besarnya penantian? kau, perlahan menyayat hatiku dengan bergandengan tangan bersamanya. kau sebutkan pada beberapa, dia gadismu. aku terluka, ya memang seperti itu keadaannya. tapi, aku hanya duduk termenung melihat ini semua. kau, hadir kembali, mengetuk hatiku perlahan, memanggilku sekali lagi. kau melontarkan ribuan kata rindu yang sebutkan itu untuk ku. haruskah seperti ini? dan dengan cara seperti ini?
tapi, aku menyikapinya dengan salah, karena aku sudah mencintaimu terlalu jauh, membuatku lepas kendali. aku tau tanpa sengaja aku melukai hatinya tapi akupun meronta kesakitan sampai pada akhirnya gadismu menusuk perasaanku pelan-pelan dengan caranya yang manis. aku tak bisa banyak berbuat apapun, kau tak membelaku dan tak juga mengucapkan apapun. aku mundur, melepaskanmu bersama gadis itu yang sempat kau sebutkan 'dia membutuhkan sosokmu dalam hidupnya'. aku yang sama sekali kau fikir tak membutuhkanmu, merelakan. karena aku sangat mengenalmu, matamu menjerit pertolongan, aku hanya bisa melihatmu tak berbuat apapun.
jika sebuah senar dapat mengalunkan sebuah nada indah, begitu juga dengan sebuah irama yang mampu menghipnotis manusia memutar memori luka. dalam konsep ini, aku tak ingin terluka terlalu lama. tidak. tapi waktu hingga detik ini belum menyembuhkan. jutaan memori masa lalu yang kita bina, membuat aku dilema melepaskan jeratan rasa ini. indah seperti aku yang tak pernah merasakannya bersama yang lain. aku tak ingin mengatakan aku pasti mengetahuimu tapi bertahun-tahun aku mempelajarimu, bertahun-tahun aku mengerti, hatimu sama sekali tidak berubah. tapi, haruskah kau membaginya?
aku mungkin bukan seorang gadis yang kini bersanding denganmu, aku hanya masa lalumu yang belum bisa pudar. jika manusia lain berkata aku bodoh, sepertinya aku akan menjerumus kearah itu, tapi ucapan mereka ku telan mentah-mentah, karena tak ada satupun dari mereka yang mengerti bagaimana aku padamu, dan kau padaku. mereka hanya segelintir yang mengetehui jalan kita, bukan pasti tau siapa kita.
aku tak merasa kalah saat kau memutuskan untuk tidak memilihku. aku juga tak merasa iba karena kau memilih menghabiskan waktumu bersamanya. karena dari matamu aku bisa membaca sangat jelas, kau masih mencintaiku dengan tulus. seperti yang kau janjikan 'aku tidak untuk hari ini, tapi aku kau siapkan untuk masa depan' begitukah?
aku percaya padamu. lakukanlah hal yang menurutmu itu terbaik, aku merinduimu tiada henti. dan aku terus menunggumu tanpa jeda. aku dengan seluruh penantian, tulus mencintaimu.
follow my twitter @itijonas or visit my blog annisaistiqa.blogspot.com selamat membaca thankyou!
write by Annisa Istiqa Suwondo