27 December 2012

Ini Yang Terbaik

Seringkali kita ingin sesuatu,
ingin ini,
ingin itu,
berada dalam titik kebimbangan:
akan iya,
atau akan tidak.

Dalam keadaan seperti itu,
kerap kita justru memilih
menyerahkan begitu saja
membaur bersama alam.

Bukan berarti kita pasrah begitu saja
dan tidak melakukan apa-apa.
Tidak, tidak.
Bukan begitu maksud saya.

Hal itu kita lakukan justru ketika kita sudah melakukan sesuatu
tetapi butuh diyakinkan.

Misalnya,
kita ingin mengatakan sesuatu kepada seseorang
tetapi ragu akan bilang atau tidak
dengan berbagai pertimbangan.
Nah, ketika kita bilang itulah terjadi penyerahan kepada alam.

Jika kata-kata itu sampai kepada orang yang kita inginkan,
berarti itu yang terbaik.
Namun, jika kata-kata itu tidak sampai dengan alasan apapun
kepada orang yang kita inginkan,
berarti itu yang terbaik.
Biar alam yang memutuskan kata-kata itu akan sampai atau tidak.
Biar alam yang memutuskan makna kata-kata yang sampai itu akan sama dengan yang diinginkan atau tidak.
Serahkan kepada alam.

Sama halnya dengan sebuah peristiwa.
Apabila kita menginginkan sebuah peristiwa terjadi
dan ternyata peristiwa itu benar-benar terjadi,
maka itu yang terbaik.
Namun, apabila kita menginginkan sebuah peristiwa terjadi
dan ternyata peristiwa itu tidak terjadi,
maka itu yang terbaik.

Pada akhirnya,
segala kata yang terucap, itu yang terbaik.
Segala kata yang tidak terucap, itu yang terbaik.
Segala peristiwa yang terjadi, itu yang terbaik.
Segala peristiwa yang tidak terjadi, itu yang terbaik.

Yang saya percaya,
segala sesuatunya menunjukkan kepada yang terbaik.
Tidak ada yang tidak terbaik
karena "tidak terbaik" pun menjadi yang terbaik.


By: Ika Fitriana (@ikafff)

Postingan Terpopuler

Postingan Terbaru